Usaha pembunuhan terhadap Perdana Menteri Suriah Wael al-Halqi, di Damaskus, membe- rikan pesan jelas kepada peme- rintah Presiden Bashar al-Assad.
Wael al-Halqi lolos dari maut ledakan bom yang dipasang di bawah mobil di tepi jalan yang dilewati konvoi rombongannya di wilayah Mezze, Damaskus, hari Senin lalu. Meski hingga kemarin sore belum ada yang mengklaim sebagai yang bertanggung jawab atas peledakan bom itu, sudah bisa dipastikan serangan itu dilakukan oleh kelompok oposisi penentang Bashar al-Assad.
Peledakan bom itu memberitahukan kepada Bashar al-Assad bahwa mereka sudah berada dekat, di sekitarnya, tidak berada di luar Damaskus, serta tidak berada di Aleppo dan kota-kota lainnya yang jauh dari ibu kota. Serangan itu sekaligus menegaskan, mereka tidak hanya berada di Damaskus, tetapi juga bisa dengan mudah mengancam kehidupan mereka, para elite pemerintahan.
Bukan kali ini saja kelompok oposisi bersenjata menyerang pejabat pemerintah. Kurang dari dua minggu lalu, Ali Ballan, kepala humas Kementerian Sosial dan anggota dinas bantuan kemanusiaan Suriah, ditembak dan dibunuh saat sedang makan di sebuah restoran di Mezze.
Pada Juli tahun lalu, kelompok perlawanan memberikan kejutan luar biasa. Mereka meledakkan gedung keamanan nasional Suriah. Saat itu, para pejabat militer dan intelijen tengah bersidang. Ledakan bom itu menewaskan menteri pertahanan dan deputinya, serta melukai menteri dalam negeri. Yang lebih memukul Bashar al-Assad adalah menteri pertahanan yang tewas itu adalah saudara iparnya.
Apa yang bisa dibaca dari serangan bom di Mezze, Damaskus, itu? Kesan pertama yang bisa kita tangkap adalah perang saudara di Suriah semakin sengit. Kedua, tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu pihak—entah itu pasukan pemerintah atau pasukan oposisi—yang akan memenangi peperangan. Ketiga, bila hal itu terus berlanjut, satu hal yang bisa dipastikan, kedua pihak akan kelelahan, kehabisan tenaga, kehabisan sumber daya, kehabisan logistik, dan pada akhirnya negara menuju ke jurang kehancuran.
Perang yang berlangsung selama lebih dari dua tahun sudah menghancurkan infrastruktur di negeri itu. Berapa banyak gedung pemerintah, gedung sekolah, rumah-rumah penduduk, dan bangunan-bangunan lain yang hancur. Karena perang, roda perekonomian berhenti berputar. Rakyat kehilangan pekerjaan. Mereka tidak memiliki mata pencarian. Lebih dari sejuta orang mengungsi. Anak-anak tidak dapat sekolah. Dan, di ujungnya, Suriah kehilangan satu generasi.
Suriah kini benar-benar di tepi jurang kehancuran. Apalagi, banyak kelompok bersenjata, kelompok garis keras, yang memanfaatkan situasi. Masa depan Suriah kelam.
(Tajuk Rencana Kompas, 1 Mei 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar