Menurut temuan para pengawas senjata PBB, gas saraf sarin itu digunakan untuk menyerang penduduk di pinggiran Damaskus pada 21 Agustus silam. Serangan tersebut menewaskan paling kurang 1.400 orang, belum termasuk yang terluka.
Itulah sebabnya, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyebut serangan 21 Agustus itu sebagai "kejahatan perang" dan menuntut yang bertanggung jawab atas serangan itu harus dihukum.
AS sejak semula yakin yang menggunakan senjata kimia adalah pasukan Pemerintah Suriah. Karena itu, Washington mengajak dunia internasional menghukum Suriah dengan serangan militer. Keinginan AS itu dihalangi antara lain oleh Rusia sebagai sekutu Suriah. Pertentangan dua negara besar inilah yang akhirnya menghasilkan kesepakatan yang memaksa Suriah menyerahkan dan menghancurkan semua senjata kimia yang dimiliki. Suriah menyetujuinya meskipun banyak kalangan meragukan tentang bagaimana melaksanakan semua itu.
Kesepakatan itu terjadi sebelum PBB mengumumkan hasil penyelidikannya. Kini, semua sudah terbuka: benar Suriah menggunakan senjata kimia. Inilah penggunaan senjata kimia terbesar sejak Saddam Hussein menyerang orang-orang Kurdi di Halabja, 25 tahun silam.
Di Irak waktu itu jelas, Saddam Hussein yang memerintahkan penggunaan senjata kimia. Persoalan di Suriah lain. Siapa yang menggunakan senjata gas sarin? Pihak Pemerintah Suriah membantah keras bahwa pasukannya menggunakan gas mematikan tersebut, yang pertama kali digunakan pada akhir 1930-an, oleh Jerman. Demikian pula kelompok oposisi bersenjata pun menyatakan bahwa mereka menjadi korban dan menuding pasukan pemerintahlah yang menggunakannya.
Kini terpulang lagi kepada Dewan Keamanan PBB untuk memastikan siapa sesungguhnya yang menggunakan senjata itu. Dengan demikian, akan ada yang diminta bertanggung jawab dan tentunya, dihukum karena tindakan yang tidak manusiawi tersebut. PBB tidak cukup hanya menyatakan "benar digunakan senjata kimia, yakni gas saraf sarin di Suriah". Namun, harus ada langkah lanjutannya untuk memastikan siapa yang menggunakannya agar tidak ada yang lepas tangan.
Siapa pun yang menggunakan senjata kimia, gas saraf sarin ini, adalah tindakan yang benar-benar melampaui batas-batas kemanusiaan. Mereka yang menggunakan pastilah pihak yang tidak lagi memiliki rasa kemanusiaan. Apalagi yang menjadi korban adalah orang-orang tak berdosa, tak bersenjata, anak-anak, dan perempuan. Pantas kiranya mereka disebut sebagai penjahat perang.
(Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002164437 )
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar