Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 27 November 2013

TAJUK RENCANA: Relevansi Forum Kebudayaan (Kompas)

PEMBENTUKAN Forum Kebudayaan Dunia, yang diprakarsai Indonesia, diresmikan pekan ini di Bali. Mengapa forum dibentuk?
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato pembukaan di hadapan sekitar 800 orang dari 45 negara menjelaskan, Forum Kebudayaan Dunia (FKD) diperlukan untuk melengkapi forum global yang sudah ada, seperti Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, dan Forum Sosial Dunia di Brasil.

FKD tentu saja bukan hanya pelengkap, melainkan sangat penting untuk menghadapi kehidupan masyarakat dunia yang penuh pertikaian. Tidak seperti kehidupan politik atau ekonomi yang sarat persaingan, pendekatan kebudayaan justru menyatukan dan mampu mendorong persahabatan di antara bangsa-bangsa.

Kiranya itulah alasannya, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, Amartya Sen, yang menjadi salah satu pembicara dalam FKD, menyatakan, dialog kebudayaan sangat mungkin dilakukan untuk memecahkan berbagai persoalan dunia dalam bidang ekonomi, politik, dan lain-lain.

Lebih jauh Amartya Sen menyatakan, dialog kebudayaan bisa menggantikan konfrontasi. Juga dikatakan, sifat kebudayaan yang lintas agama dan bangsa bisa menyatukan dunia, termasuk menyatukan kekuatan dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Tentu saja tetap timbul pertanyaan, mengapa terjadi benturan bahkan konflik kebudayaan jika sifatnya menyatukan. Potensi benturan kebudayaan bahkan dianggap sebagai ancaman masa kini dan masa mendatang, seperti diingatkan Samuel Huntington dalam apa yang disebutnya bentrokan kebudayaan, clash of civilizations.

Tesis Huntington mengundang kritik karena pandangannya tentang bentrokan kebudayaan telah membentuk persepsi, yang dikhawatirkan mendorong perilaku. Namun, tidak sedikit orang yang mengakui, benturan kebudayaan sudah terjadi karena persoalan hegemoni dan dominasi. Dalam kenyataannya, bentrokan kebudayaan bukan pertama-tama karena masalah kebudayaan, melainkan lebih karena komplikasi atas prasangka ideologis, politik, dan dominasi ekonomi.

Kebudayaan hanya terbawa-bawa ke dalam konflik. Atas dasar itu, perlu mengembalikan kebudayaan pada posisi sebenarnya, yang bersifat lintas agama, ekonomi, politik, dan bangsa. FKD diharapkan akan mendorong mengembalikan kebudayaan dan peradaban ke dalam kehidupan politik dan ekonomi. Lebih-lebih karena pertarungan keras dalam bidang politik dan ekonomi terkesan tidak hanya menjauhi kebudayaan, bahkan sudah tidak berbudaya lagi, karena sudah begitu vulgar dan telanjang.

Tidak kalah pentingnya kehadiran FKD dapat menghidupkan kembali berbagai kebudayaan lokal yang tergilas kebudayaan global. Kombinasi kebudayaan global dan kebudayaan lokal dengan segala kearifannya diyakini dapat mendorong proses pembangunan berkelanjutan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003379374
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger