Sebanyak 30 roket jarak pendek dilaporkan diluncurkan Sabtu lalu ke lepas pantai timur negeri itu. Hari berikutnya 16 roket jarak pendek diluncurkan. Sepekan sebelumnya, Korut meluncurkan 25 roket. Jangkauan tembak roket-roket bikinan Uni Soviet tahun 1960-an itu sebenarnya sangat terbatas. Sebelum jatuh ke laut, roket-roket tua itu melambung dalam ketinggian 60 kilometer.
Tidak begitu jelas apa motif peluncuran roket-roket tua itu. Namun, para analis cenderung berpendapat, peluncuran roket dimaksudkan sekadar menarik perhatian dunia internasional. Sebagai negara berdaulat dan merdeka, Korut memang terpinggirkan dalam perlombaan kemajuan, lebih-lebih dibandingkan dengan Korea Selatan sebagai saingan dan musuh utamanya.
Kegagalan dalam persaingan dengan Korsel membuat Korut frustrasi, sensitif, dan menjadi agresif. Rangkaian peluncuran roket sekitar 10 hari terakhir dimaksudkan sebagai protes terhadap latihan perang gabungan tahunan antara Korsel dan Amerika Serikat. Secara dialektis, latihan perang Korsel-AS justru membuat Korut merasa semakin percaya diri tentang kemampuan militernya yang ternyata diperhitungkan AS dan Korsel.
Pengembangan kekuatan militer dan program nuklir dinilai Korut sangat efektif menghadapi tekanan Korsel dan AS dalam pertarungan di Semenanjung Korea sejak Perang Korea 1951-1953. Atas dasar keyakinan itu, Korut melepaskan roket atau melakukan uji coba nuklir sebagai protes atas latihan perang gabungan Korsel-AS. Awal 2012, misalnya, Korut melakukan uji coba roket jarak jauh sebagai protes atas latihan perang Korsel-AS.
Ekspresi protes Korut dengan meluncurkan roket dan pengembangan senjata nuklir tentu saja mengundang kecemasan luas di Semenanjung Korea ataupun kawasan Asia dan global tentang bahaya senjata nuklir. Sering muncul bayangan buruk tentang betapa mudahnya Korut menggunakan senjata, terutama kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Sudah sering disinggung, senjata nuklir yang berbahaya akan jauh lebih berbahaya jika berada di bawah kendali pemimpin dan negara yang tidak memiliki komitmen serta tanggung jawab akan perdamaian dan keamanan. Berbagai kalangan meragukan komitmen Korut tentang perdamaian kawasan dan dunia.
Bahkan, tidak sedikit orang yang menggugat, jangankan memiliki komitmen tentang kepentingan dunia, upaya Korut menjaga kepentingan rakyatnya sendiri saja kedodoran. Pemerintah Korut terkesan mengutamakan pembangunan senjata ketimbang memberikan makan kepada rakyatnya yang kekurangan pangan dan gizi kronis.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005653553
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar