Dalam biografi yang disusun Walter Isaacson itu, dikisahkan, pada pertemuan Oktober 2010, Steve Jobs, yang merupakan salah seorang pendiri perusahaan Apple, menyampaikan kepada Presiden Obama bahwa salah satu yang harus dibenahi di AS adalah bidang pendidikan, yang dinilainya telah ketinggalan zaman. Sementara itu, pada pertemuan kedua Februari 2011, Jobs menyampaikan, AS perlu lebih banyak tenaga ahli teknik yang terlatih. Ia bahkan mengusulkan kepada Presiden Obama agar insinyur yang mendapatkan gelar di AS diberikan visa untuk menetap di AS.
Apa yang disampaikan Jobs terkait dengan daya saing AS yang menurun, sifat bisnis modern yang bergerak dinamis, dan teknologi informasi yang semakin pegang peranan. Apple membuka pabrik di Tiongkok karena di AS tidak terdapat ahli teknik sebanyak 30.000 untuk mendukung aktivitas 700.000 karyawannya.
Ilustrasi di atas menggambarkan dua hal. Pertama, perkembangan peradaban dan industri dewasa ini amat membutuhkan dukungan ahli teknik atau insinyur. Kedua, di pihak lain, negara seperti AS pun mengalami kelangkaan. Kondisi ini berdampak pada penurunan daya saing.
Merefleksikan isu ini untuk negara kita sendiri, ada dua pikiran yang dapat kita kemukakan. Pertama, kita tampaknya terbuai dengan aktivitas berniaga, mengambil untung dari aktivitas perdagangan. Adapun sektor riil yang melibatkan manufakturing bisa dibilang tak berkembang. Realitas ini meniscayakan bahwa aktivitas nilai tambah juga kurang. Kondisi lain yang kita dengar adalah turunnya minat generasi muda pada keteknikan atau engineering.
Senin (24/3), kita baca di harian ini, Indonesia kekurangan sarjana teknik untuk pembangunan. Dari data Kemdikbud diketahui bahwa hanya ada 42.000 lulusan sarjana teknik per tahun. Padahal, seperti disampaikan Kementerian Pekerjaan Umum dan dikutip Rektor Universitas Siswa Bangsa Internasional M Aman Wirakartakusumah, kita membutuhkan 175.000 insinyur untuk membangun negeri. Dengan demikian, setiap tahun ada kekurangan 133.000 sarjana teknik di negeri kita.
Jika kita tidak menghidup-hidupkan lagi pendidikan keinsinyuran, dan membiarkan kondisi ini terus berlangsung, kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan. Di era yang makin dikuasai oleh teknologi, kita sebagai bangsa hanya puas dengan aktivitas berniaga tanpa aktivitas nilai tambah. Kita akan terus menjadi bangsa konsumen produk teknologi dan tidak punya kemampuan membuat sendiri barang serta alat yang kita butuhkan.
Kita sudah banyak menyimak pengalaman bangsa-bangsa lain dan tiba pada kesimpulan bahwa yang berjaya adalah bangsa-bangsa yang menguasai iptek. Di sinilah kita melihat besarnya peran ahli teknik dan insinyur.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005655768
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar