Rusia bahkan menyatakan siap menghadapi isolasi oleh sanksi Uni Eropa. Sebagai ahli waris Uni Soviet, Rusia tampaknya tidak mau melangkah surut meski Uni Eropa dan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi dan pertahanan karena menginvasi Crimea dan mensponsori pemisahan diri wilayah itu dari Ukraina.
Ketegangan memburuk karena Rusia menandatangani traktat aneksasi Crimea hari Selasa lalu, atau dua hari setelah referendum pemisahan wilayah itu dari Ukraina. Tindakan aneksasi oleh Rusia tidak hanya memperlihatkan sikap tidak peduli terhadap ancaman sanksi Barat, tetapi juga melawan opini masyarakat internasional.
Pemerintah dan masyarakat Ukraina secara keseluruhan merasa tidak berdaya atas tindakan Rusia, yang melakukan invasi, merekayasa referendum pemisahan Crimea, dan menganeksasi wilayah itu. Dunia internasional, terutama Barat, menolak keras aneksasi Rusia atas Crimea. Namun, Rusia tidak peduli dan terkesan tidak gentar menghadapi sanksi Uni Eropa, yang antara lain menghentikan kerja sama pertahanan.
Sanksi Uni Eropa dianggap sebagai hukuman terhadap Rusia, tetapi tetap menjadi pertanyaan, sejauh mana hal itu efektif. Dalam kenyataannya, Rusia sudah terbiasa terpojok atau dipojokkan oleh Barat dalam pertarungan pengaruh di panggung internasional. Dunia Barat terus-menerus membatasi jangkauan pengaruh Rusia di Timur Tengah, seperti dalam kasus Suriah, dan di kawasan lain dunia. Bahkan, Uni Eropa berusaha membatasi pengaruh Rusia di negara-negara anggota bekas Uni Soviet.
Upaya pembatasan pengaruh ini bukanlah masalah baru, melainkan sejak era Perang Dingin. Pertarungan saat ini merupakan kelanjutan tarik-menarik kekuatan antara Blok Barat pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur pimpinan Uni Soviet di masa lalu. Jelas sekali, Uni Soviet tidak dapat didikte meski akhirnya ambruk. Sisa-sisa sentimen permusuhan era Perang Dingin tampaknya masih ada, membuat Rusia sebagai ahli waris Uni Soviet tidak jarang mengambil posisi berseberangan dengan Barat.
Segera dapat diramalkan, Rusia tidak terlalu terpengaruh oleh sanksi Barat. Banyak negara yang mengalami sanksi, seperti Iran, terus saja bergerak maju. Daya tahan Rusia tentu saja lebih besar karena memiliki kemampuan ekonomi dan menguasai teknologi tinggi.
Lebih-lebih lagi dalam dunia yang sangat terbuka sekarang ini, Rusia dapat menjalin kerja sama dengan banyak negara lain dalam menghadapi sanksi Barat. Kenyataan ini kiranya mendorong upaya diplomatik masyarakat global dalam menekan Rusia yang menganeksasi Crimea ketimbang menjatuhkan sanksi, yang belum tentu efektif.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005556214
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar