Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 05 April 2014

TAJUK RENCANA Reproduksi Kekerasan Ancam AS (kompas)

MASYARAKAT  AS kembali terguncang oleh kasus penembakan yang menewaskan tiga tentara dan mencederai 16 orang lainnya di Negara Bagian Texas.
Tentara yang pernah bertugas di Irak dilaporkan tiba-tiba mengamuk, melepaskan tembakan, menewaskan tiga koleganya, dan mencederai 16 tentara lainnya. Kehebohan atas tragedi di Pangkalan Militer Ford Hood, Texas, ini bertambah karena pelaku penembakan, yang digambarkan menderita sakit jiwa, bunuh diri. Misteri tentang kasus pembunuhan itu pun bertambah.

Identitas lengkap pelaku tidak disebutkan, kecuali disebutkan sedang menjalani perawatan karena mengalami depresi berat setelah mengikuti dinas militer di Irak pada 2011. Pelaku dikatakan menggunakan senjata semiotomatis yang baru dibeli dan dapat diselundupkan ke markas tanpa terdeteksi penjaga.

Peristiwa penembakan itu memiliki sensasi tersendiri, bukan hanya karena berlangsung di salah satu pangkalan militer besar seluas 900 kilometer persegi, melainkan juga karena pernah terjadi kasus hampir serupa sebelumnya. Sekadar untuk diingat kembali, kasus penembakan November 2009 menewaskan 13 tentara dan mencederai 32 orang lainnya. Pelaku, tentara berpangkat mayor kelahiran Pakistan, dijatuhi hukuman mati dan sedang menunggu eksekusinya.

Tentu menjadi pertanyaan, mengapa kekerasan gampang terjadi di Amerika Serikat yang dikenal sebagai negara dan bangsa yang menjunjung tinggi hak asasi, ketertiban, perdamaian, keamanan, dan kenyamanan. Gugatan itu semakin terdengar kencang karena aksi penembakan tidak hanya berlangsung di kalangan militer yang memamerkan kekuatan fisik, tetapi juga di lingkungan sipil. Sudah terdapat kasus penembakan di lingkungan sekolah, mulai di taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Jelas pula AS tergolong bangsa yang terus-menerus melawan berbagai bentuk kekerasan. Namun, mengapa mata rantai kekerasan terus merebak. Sudah pernah disinggung, kekerasan yang berlangsung di kalangan masyarakat AS jangan-jangan sebagai reproduksi kekerasan yang dilakukan negara itu sendiri.

Meski upaya melawan budaya kekerasan di kalangan masyarakat begitu kuat, perilaku kekerasan AS di luar negeri terus berlangsung, terutama dalam berbagai manuver militer. Pasukan AS yang dikirim ke Irak dan Afganistan, misalnya, merupakan bagian dari perilaku kekerasan. Suka atau tidak, penggunaan senjata dalam misi kemiliteran bisa memberikan inspirasi, bahkan ditiru, warga, sekurang-kurangnya bagi yang secara kejiwaan tak stabil.

Perlu dikemukakan pula, ancaman kekerasan tidak hanya tantangan bagi AS, tetapi juga semua bangsa dan negara. Hanya saja AS tetap memperlihatkan keunggulan dalam upaya melawan kekerasan dan hukum rimba.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005872707
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger