Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 22 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: NIIS di Depan ”Pintu” Turki (Kompas)

APAKAH nasib Kobani akan sama dengan Mosul, sebuah kota di Irak bagian utara yang tidak mampu dipertahankan oleh tentara Irak?
Jatuhnya Mosul ke tangan milisi bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) pada 10 Juni 2014 menandai terjadinya perubahan besar dalam peta besar Timur Tengah. Gerakan milisi NIIS yang kemudian menyebut dirinya Negara Islam (NI) seperti tak terbendung. Sejak itu, NIIS telah muncul menjadi "pemain besar" di Timur Tengah.

Mereka secara kejam dan brutal menyerang dan menaklukan wilayah-wilayah dan kota-kota lainnya di Suriah utara dan Irak utara. Kita melihat bahwa pemerintah Baghdad dan Damaskus kesulitan menghadapi dan menghentikan sepak-terjang milisi bersenjata NIIS. Ribuan orang mengungsi, ribuan orang tewas.

Sejak merebut Mosul, mereka mengklaim wilayahnya membentang dari Suriah bagian utara hingga Irak bagian utara. Dengan demikian, Irak dan Suriah yang pertama kehilangan wilayahnya. Munculnya wilayah NIIS tersebut telah mengubah perbatasan antarnegara yang sudah ditetapkan sejak Kesepakatan Sykes-Picot 1916.

Bukan tidak mungkin, kalau gerakan mereka tidak dapat dihambat, wilayah kekuasaannya pun akan semakin meluas. Ini berarti ancaman bagi negara-negara lainnya di Timur Tengah. Bagi Irak, misalnya, sepak terjang NIIS telah menggoyahkan proses demokratisasi negara itu. Sementara bagi Suriah, munculnya NIIS telah menjadi persoalan baru bagi rezim Damaskus.

Kini, milisi NIIS tengah berusaha merebut Kobani. Kota di Suriah utara yang terletak di perbatasan Turki ini dipertahankan mati-matian oleh para pejuang Kurdi. Apabila Kobani atau Ayn al-Arab jatuh, itu berarti kelompok milisi NIIS berada "di depan pintu" Turki. Jatuhnya Kobani juga akan menjadi pukulan berat bagi para pejuang Kurdi. Sebab, bagi mereka, kemampuan mempertahankan Kobani akan menjadi batu ujian untuk membuktikan dirinya kuat secara militer dan politik. Ini berarti akan menjadi modal utama dalam usaha memerdekakan wilayah Kurdistan menjadi negara Kurdi.

Inilah antara lain penyebab mengapa Turki selama ini enggan memberikan bantuan kepada para pejuang Kurdi meskipun Amerika Serikat memberikan bantuan persenjataan. Turki menganggap para pejuang Kurdi di Kobani tak beda dengan kelompok pemberontak Kurdi di Turki yang sudah mengangkat senjata sejak 30 tahun silam dan menewaskan lebih dari 400.000 orang.

Akan tetapi, apabila Turki benar-benar membiarkan Kobani jatuh ke tangan NIIS dan membiarkan para pejuang Kurdi berjuang sendiri, berarti itu memberi jalan NIIS masuk ke Turki. Tentu hal itu tak dikehendaki Turki. Karena itu, Turki harus turun tangan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009647910
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger