Adalah Swedia, salah satu negara anggota Uni Eropa, yang pertama kali mengakui kemerdekaan Palestina. Pengakuan itu dimaklumkan pada Oktober lalu. Apa yang dilakukan Swedia itu diikuti oleh para anggota parlemen di Inggris, Irlandia, dan Spanyol.
Pengakuan kemerdekaan Palestina oleh Swedia itu sudah menimbulkan reaksi keras dari Israel, apalagi disusul oleh para anggota parlemen tiga negara lainnya. Meskipun, misalnya, di Inggris, pengakuan itu dinyatakan oleh para anggota parlemen dari partai oposisi, tetap saja memberikan isyarat yang kuat bagi Israel untuk tidak terus mengulur-ulur waktu agar segera menyelesaikan persoalannya dengan Palestina.
Sebenarnya, sikap dan pendirian negara-negara Uni Eropa sudah jelas dan tegas. Menurut mereka, penyelesaian masalah Palestina tidak ada lain kecuali solusi dua negara yang independen dan demokratik. Kedua negara hidup berdampingan secara damai sebagai tetangga.
Sikap tersebut yang terus-menerus ditekankan. Oleh karena itu, Uni Eropa tergabung dalam kelompok yang disebut "Kuartet" yang terdiri dari Uni Eropa, PBB, AS, dan Federasi Rusia. Kelompok ini dibentuk pada tahun 2002 dengan meluncurkan "peta jalan damai".
Akan tetapi, usaha untuk mewujudkan perdamaian tersebut dapat dikatakan nyaris tidak ada kemajuan. Bahkan, yang terjadi justru sebaliknya. Terakhir, pecah lagi perang Gaza, 8 Juli-26 Agustus 2014. Konflik bersenjata ini menewaskan tak kurang dari 2.200 orang, sebagian korban tewas adalah orang Palestina.
Bukan tidak mustahil, perang semacam itu akan pecah lagi pada masa mendatang apabila belum tercapai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina. Kesepakatan damai itu pun sangat sulit diwujudkan. Semua pihak, termasuk Uni Eropa, berpendapat bahwa perdamaian di Timur Tengah membutuhkan suatu solusi regional yang komprehensif, yang lengkap, yang adil. Adalah mustahil tercipta perdamaian apabila tidak ada keadilan.
Kita selama ini mencatat, perdamaian hanya diucapkan baik oleh para pemimpin Israel maupun Palestina. Sementara itu, pelaksanaannya tidak ada. Perdamaian tidak mungkin terwujud kalau hanya satu pihak yang menghendaki; harus kedua-duanya.
Oleh karena itu, kita harapkan bahwa sikap para pemimpin dan parlemen Uni Eropa kali ini benar-benar akan menjadi tekanan yang sangat kuat bagi Israel dan tentu juga AS sebagai pendukungnya. Dengan demikian, kita masih bisa berharap bahwa perdamaian akan benar-benar terwujud atau sekurang-kurangnya kedua belah pihak serius mengupayakan perdamaian.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010378811
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar