Pertanyaan itu membayang-bayangi perjanjian gencatan senjata antara Pemerintah Ukraina dan pemberontak pro Moskwa di wilayah Ukraina bagian timur. Penandatanganan perjanjian—untuk mengakhiri perang yang berlangsung hampir setahun—disaksikan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Perancis François Hollande, dan Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Wajar kalau pertanyaan di atas muncul. Sebab, September tahun lalu, mereka juga menandatangani perjanjian gencatan senjata. Namun, perjanjian tersebut tidak dapat sepenuhnya menghentikan peperangan antara pasukan pemerintah dan pemberontak pro Moskwa.
Perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani di Minsk, Belarus, pekan lalu, itu mengharuskan kedua belah pihak yang berkonflik untuk menarik senjata berat mereka dari wilayah konflik. Selain itu, mereka juga harus menarik baik mesin perang maupun para petarung asing di kedua belah pihak meskipun Rusia selalu tidak mengakui kehadiran unit militernya di Ukraina.
Dalam kesepakatan itu juga disebutkan bahwa Pemerintah Ukraina dapat menguasai kembali wilayahnya sepanjang perbatasan dengan Rusia mulai akhir tahun 2015 secara penuh. Hal tersebut bisa diwujudkan setelah pemilu lokal di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak dan perubahan konstitusi yang akan memberikan status otonomi di wilayah-wilayah tersebut.
Ukraina bagi Rusia memiliki posisi strategis, yakni sebagai pintu gerbang ke Barat; demikian sebaliknya bagi Barat, sebagai pintu gerbang ke Rusia. Posisi strategis ini telah menjadi sumber persoalan sejak masa lalu.
Karena itulah, krisis Ukraina telah menarik pula keterlibatan Barat dan melahirkan ketegangan hubungan antara Barat, termasuk AS, dan Rusia. Melihat situasi dan perkembangan di Ukraina selama ini, mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengatakan, apabila tidak segera diatasi, akan melahirkan Perang Dingin baru. Karena kedua belah pihak—yang dimaksudkan kedua belah pihak adalah Barat dan Rusia—kehilangan rasa saling percaya. Moskwa tidak lagi percaya kepada Barat, demikian sebaliknya Barat tidak lagi percaya kepada Rusia.
Namun, kini, setelah penandatanganan perjanjian gencatan senjata, semua pihak berharap "bayangan gelap" seperti yang dilihat Gorbachev itu tidak akan menjadi kenyataan. Semua itu baru bisa terwujud kalau mereka benar-benar melaksanakan kesepakatan. Selain itu, Moskwa juga benar-benar ingin melihat Ukraina damai. Inilah yang diharapkan semua pihak. Apabila tidak demikian, kecil kemungkinan tercipta perdamaian di Ukraina.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000012031125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar