Kesepakatan itu dicapai ketika para diplomat Amerika Serikat dan Iran sedang berpacu dalam perundingan di Lausanne, Swiss, menyangkut program nuklir Iran. Mereka mengejar batas waktu, hari Selasa ini, untuk mencapai kesepakatan agar Iran membatasi program nuklirnya dan sebagai imbalannya sanksi ekonomi terhadap Iran akan dicabut.
Langkah tersebut dibaca oleh sekutu-sekutu AS di Arab sebagai pengingkaran komitmen Washington terhadap keamanan negara-negara Arab. Karena itu, mereka terdorong untuk mengambil langkah membentuk pengamanan mandiri. Hal itu diwujudkan dengan kesepakatan membentuk pasukan militer gabungan untuk membantu negara anggota yang direcoki oleh pergolakan bersenjata, seperti yang sekarang tengah terjadi di Yaman.
Gagasan membentuk pasukan militer gabungan ini sebenarnya bukan kali yang pertama. Pada 1950-an dan 1960-an, negara-negara Arab sudah pernah menandatangani kesepakatan seperti itu. Selama era nasionalisme Pan-Arab, mereka bersatu melawan Israel. Akan tetapi, visi seperti itu hancur berantakan setelah mereka kalah dalam perang melawan Israel pada 1967.
Kini, gagasan serupa dimunculkan lagi. Sepertinya sekarang lebih serius dibandingkan dengan masa lalu. Ada banyak alasan, mengapa sekarang lebih serius dan semakin dirasakan arti pentingnya pembentukan pasukan militer gabungan itu. Perkembangan dan situasi politik serta keamanan di Timur Tengah bergerak serta berubah begitu cepat setelah Arab Spring yang sudah menjungkalkan beberapa pemimpin negara di kawasan itu.
Krisis di Suriah yang berlarut-larut dan terakhir munculnya kelompok militer militan yang menyebut diri sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah menjadi ancaman nyata bagi mereka. Hal yang lebih penting lagi adalah menguatnya persaingan untuk memperebutkan
Arab Saudi, yang bersama-sama dengan beberapa negara Arab, menggempur kelompok militer Houthi (didukung mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dan pasukan elitenya) yang melawan pemerintahan pimpinan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi. Arab Saudi menyatakan gerakan Houthi didukung Iran. Pembentukan pasukan militer gabungan pun pertama-tama didorong oleh konflik yang terjadi di Yaman.
Akan tetapi, pertanyaannya, apakah langkah Liga Arab itu tidak justru akan memperburuk situasi. Yang pasti, situasi di Yaman saat ini semakin buruk dan kita berkepentingan, paling tidak untuk menyelamatkan 4.000-an WNI yang berada di negeri itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar