Beijing menyatakan, bom itu dijatuhkan dari pesawat Myanmar. Seorang pejabat senior Tiongkok mengatakan, militer akan mengambil tindakan jika serangan itu berulang. Kementerian Luar Negeri Tiongkok memanggil Duta Besar Myanmar di Beijing untuk menyampaikan nota protes.
Dilihat dari reaksi yang diperlihatkan Beijing terhadap bom yang diduga dijatuhkan dari pesawat Myanmar itu, kelihatannya Beijing memperkirakan insiden itu tidak dilakukan Myanmar dengan sengaja. Sebab, bom itu meledak di wilayah Kokang, dekat perbatasan Myanmar-Tiongkok, yang merupakan basis pemberontak Myanmar. Itu sebabnya, pejabat senior Tiongkok mengatakan, militer akan mengambil tindakan jika serangan itu berulang.
Pemerintah Myanmar membantah bom itu dijatuhkan dari pesawat tempurnya. Bom itu, menurut Pemerintah Myanmar, kemungkinan dilemparkan oleh pemberontak yang berada di wilayah Kokang, Myanmar. Pemberontak di wilayah Kokang itu menyebut diri Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) yang merupakan sisa-sisa kekuatan Partai Komunis Burma, yang didukung Tiongkok. MNDAA berhadapan dengan Pemerintah Myanmar hingga bubar pada 1989.
Pemerintah Myanmar menyatakan keprihatinannya atas jatuhnya korban tewas dan cedera akibat ledakan bom itu. Pemerintah Myanmar pun mengadakan kontak dengan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri Tiongkok untuk melakukan investigasi bersama.
Kita sangat gembira melihat Beijing menanggapi peledakan bom itu dengan kepala dingin. Sebab, bisa kita bayangkan apa yang terjadi jika Tiongkok langsung membalas serangan yang disebut-sebut dilakukan pesawat tempur Myanmar itu. Bukan tidak mungkin akan pecah pertempuran di perbatasan Myanmar dan Tiongkok yang akan memakan banyak korban tidak berdosa.
Lewat investigasi bersama Myanmar dan Tiongkok, kita berharap akan terungkap siapa yang sesungguhnya meledakkan bom di ladang tebu di wilayah Yunnan itu.
Alangkah baiknya apabila Myanmar dan Tiongkok secara berkala melakukan patroli bersama di perbatasan kedua negara. Tujuannya agar pemberontak Kokang yang berada di wilayah perbatasan itu tidak menggunakan wilayah Tiongkok untuk melakukan penyerangan ke Myanmar atau sebaliknya, melakukan penyerangan ke Tiongkok dari dalam wilayah Myanmar.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Myanmar Ajak Tiongkok Investigasi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar