Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 23 Maret 2015

TAJUK RENCANA: Penundaan Kenaikan Suku Bunga AS (Kompas)

Bank Sentral Amerika Serikat memberi sinyal suku bunga acuan The Fed pasti akan naik tahun ini, tetapi masih dalam beberapa bulan mendatang.

Dalam pernyataannya, Bank Sentral AS (The Fed) menyebutkan, tingkat pengangguran masih dapat turun secara nyata tanpa menyebabkan naiknya tingkat inflasi.

Pernyataan itu memberi sinyal bahwa para pejabat The Fed belum melihat hal mendesak untuk segera menaikkan suku bunga acuan.

Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen dalam jumpa pers setelah keluarnya pernyataan tertulis menggunakan kalimat, "meskipun kata 'sabar' hilang dari pernyataan resmi, bukan berarti menjadi 'tidak sabar'." Dia tidak menyebut Juni sebagai saat untuk menaikkan suku bunga, tetapi juga tidak menghilangkan kemungkinan tersebut.

Pernyataan itu segera direspons pasar keuangan dan saham dunia. Nilai tukar euro menguat meski kembali melemah terhadap dollar AS. Harga saham di Eropa naik pada Kamis, begitu pula di Tokyo. Nilai tukar rupiah menguat pada Kamis meskipun kembali melemah pada Jumat menurut data Bank Indonesia.

Suku bunga acuan Bank Sentral AS menjadi perhatian dunia karena Amerika Serikat masih menjadi ekonomi terkuat dunia. Banyak negara dan bisnis di seluruh dunia menggunakan dollar AS sebagai mata uang.

Setelah AS memasuki resesi tujuh tahun lalu, Bank Sentral AS melakukan stimulus moneter untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Tiap bulan 85 miliar dollar AS dipasok ke pasar uang dan saham. Stimulus tetap dilakukan meskipun jumlahnya menjadi 35 miliar dollar.

Kenaikan suku bunga di AS akan menguatkan nilai tukar dollar AS. Dampaknya akan meningkatkan beban pinjaman dalam mata uang dollar AS.

Kebijakan The Fed akan berimbas pada perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia, karena menggunakan dollar AS sebagai patokan. Tidak bertahannya penguatan nilai tukar rupiah mengindikasikan ada persoalan mendasar yang harus diselesaikan pemerintah. Pada kasus euro, penyebabnya, lemahnya kegiatan ekonomi zona tersebut.

Indonesia berhasil melalui masa sulit perekonomian dunia meskipun saat ini nilai tukar rupiah melemah dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun ini ekonomi diperkirakan tumbuh 5,2 persen dan inflasi sekitar 4 persen. Proyek infrastruktur masif pemerintah tahun ini akan menjadi stimulus bagi perekonomian.

Meski demikian, impor yang tinggi juga menimbulkan kekhawatiran apabila The Fed benar-benar menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun.

Tidak ada obat instan menyembuhkan penyakit kronis perekonomian kita kecuali menghilangkan sumbatan investasi langsung pada industri bertujuan ekspor dan substitusi impor. Kegaduhan politik hanya menghabiskan energi dari kerja meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Penundaan Kenaikan Suku Bunga AS".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger