Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 13 Maret 2015

TAJUK RENCANA: Si Kecil Layak Jadi Besar (Kompas)

Keuangan mikro terbukti menjadi alat meratakan dan meningkatkan kemakmuran. Namun, jumlah penerima layanan itu harus ditingkatkan.

Praktik menyediakan layanan keuangan mikro di Indonesia dan banyak negara memperlihatkan bukti berkebalikan dengan stereotip bahwa orang miskin tidak layak mendapat layanan keuangan. Para narasumber dari sejumlah negara dalam Microfinance Forum yang digelar bersama harian Kompas dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jakarta, Rabu (11/3), mengungkap bukti masyarakat miskin mampu memanfaatkan jasa keuangan mikro.

Bukti empiris memperlihatkan, sektor mikro dan kecil menjadi penyelamat perekonomian Indonesia saat terjadi krisis keuangan global tahun 2008. Ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 4,6 persen karena kelenturan sektor mikro dan kecil. Sektor mikro menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, 91 persen pada 2012, meskipun sebagian besar berada di sektor informal.

Bukti-bukti di Tanah Air memperlihatkan, dengan pendekatan yang tepat, peminjam kredit mikro akan mengembalikan pinjaman tepat waktu. Perempuan, terutama, adalah peminjam yang dapat diandalkan karena nyaris semua mengembalikan pinjaman tepat waktu. Indonesia bahkan menjadi contoh dunia tentang keberhasilan layanan keuangan mikro. Pada dasarnya, layanan keuangan mikro sama dengan layanan jasa keuangan untuk orang kaya. Ada layanan kredit, simpanan, dan penilaian kelayakan pinjaman. Pemberi layanan dapat lembaga perbankan besar ataupun desa, credit union, hingga koperasi.

Memberi akses keuangan kepada warga miskin adalah instrumen memeratakan hasil pembangunan. Banyak kisah sukses Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) dan Simpanan Pedesaan (Simpedes) yang diperkenalkan sejak tahun 1986 membawa perbaikan ekonomi mereka.

Untuk mempercepat pengurangan jumlah orang miskin, layanan keuangan mikro dikaitkan dengan asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, hingga asuransi mengantisipasi gagal panen. Meski demikian, tetap perlu kehati-hatian dalam mendorong pengembangan layanan ini. Untuk mencapai tujuan peningkatan kapasitas ekonomi nasional, prioritas layanan adalah untuk kegiatan bersifat produktif, bukan konsumtif.

Meningkatkan layanan keuangan mikro menjadi penting sebagai bagian dari upaya meningkatkan jumlah orang yang terhubung dengan lembaga keuangan formal.

Bagi Indonesia yang tersusun dari sekitar 17.000 pulau, menjangkau seluruh anggota masyarakat menjadi persoalan. Teknologi, baik melalui penggunaan satelit, seperti dipelopori BRI, maupun saluran telekomunikasi melalui telepon seluler, menjadi pemecahan masalah.

Di seluruh dunia, layanan keuangan mikro terus menunjukkan peningkatan, membuktikan si kecil apabila berkumpul menjadi satu akan menjadi kekuatan raksasa. Di situlah keindahan layanan keuangan mikro.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Si Kecil Layak Jadi Besar".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger