Orang itu diduga melemparkan sejumlah balon berisi cairan berwarna merah seperti darah ke tanah di depan kantor KJRI Sydney. Pihak KJRI Sydney segera melaporkan kejadian itu. Kepolisian setempat segera memasang garis polisi dan berjaga-jaga di sekitar lokasi.
Kepolisian New South Wales, sebagaimana dikutip
Dapat dipastikan bahwa insiden teror perempuan itu berkaitan dengan rencana eksekusi hukuman mati terhadap dua terpidana kasus narkoba asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Dalam beberapa hari ke depan, diperkirakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra dan kantor-kantor perwakilan RI di kota-kota lain di Australia berpotensi menjadi sasaran aksi protes atau teror serupa.
Teror terhadap kedutaan besar atau kantor perwakilan merupakan hal yang biasa terjadi dalam tata hubungan antarnegara. Kedutaan besar atau kantor perwakilan asing di Indonesia pun mengalaminya. Yang penting adalah kepolisian negara setempat segera melakukan tindakan maksimum untuk mengamankan kedutaan besar atau kantor perwakilan, yang berada di negaranya, jika teror itu muncul. Dalam kaitan itu pula, kita menghargai reaksi cepat yang ditunjukkan oleh kepolisian setempat Australia.
Insiden teror balon itu merupakan hal baru bagi KJRI Sydney. Sebelumnya, KJRI hanya didatangi pengunjuk rasa yang berorasi dan membawa spanduk yang isinya menolak hukuman mati terhadap dua terpidana narkoba asal Australia, Bali Nine. Terkadang, pengunjuk rasa menempelkan poster di dinding kantor KJRI Sydney. Protes terbanyak diterima melalui surat elektronik, surat biasa, dan telepon.
Itu sebabnya, kita setuju dengan pernyataan Menteri Sekretaris Negara Praktikno, yang dikutip harian ini, "Insiden itu sesuatu yang tidak perlu direspons dan kita tidak perlu paranoid." Di masa lalu, ketika terjadi penembakan terhadap pengunjuk rasa di kuburan Santa Cruz, Timor Timur, 12 November 1991, saat Timor Timur masih bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pengunjuk rasa mendirikan tenda di depan KBRI Canberra untuk meneror KBRI Canberra sebagai protes atas penembakan itu.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Teror ke Perwakilan RI Meningkat".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar