Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 08 Juli 2015

Perlengkapan Terbaik bagi TNI//KPI dan Rapor TV (Surat Pembaca)


Perlengkapan Terbaik bagi TNI

Jika ingin memelihara keamanan dan kedamaian, bersikaplah seolah-olah nanti malam akan terjadi perang. Adagium ini jamak di dunia politik, militer, dan pertahanan.

Terlepas dari kondisi geostrategi-politik sebuah negara, sistem pertahanan harus selalu dalam kondisi siaga 24 jam sehari. Kondisi dan posisi strategis RI sebagai negara kepulauan mengharuskan sistem pertahanan RI lebih siap dan siaga daripada negara tetangga.

Mutasi prajurit yang dinamis harus didukung perlengkapan terbaik dan tidak mengandalkan persenjataan peot, gaek, dan mendekati rongsokan sebagai wahana menyabung nyawa para prajurit terbaik kita.

Menyaksikan tragedi Hercules di Medan, anak saya (12) bilang betapa pemerintah tega memakai "metromini terbang" mengangkut prajurit TNI. Tragedi ini harus jadi momentum penegasan komitmen revitalisasi-peremajaan, khususnya pesawat mutasi prajurit TNI.

Untuk keperluan mutasi TNI, sejatinya tidak harus menggunakan pesawat sejenis Hercules saat normal, aman, kecuali dalam keadaan genting. Pesawat untuk mutasi dapat menggunakan sekelas pesawat terbang sipil umumnya.

SAHAT SITORUS, JL BAMBU DURI 3, JAKARTA TIMUR


KPI dan Rapor TV

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengeluarkan hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi (Kompas, 23/6). Bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia dan sembilan perguruan tinggi di Indonesia, KPI menyebut survei ini sebagai tanggung jawabnya mengawasi program acara televisi agar lebih berkualitas.

Apa kaitannya dengan program TV? Sejak semula memang disebutkan, penelitian itu bukan untuk mengukur kuantitas penonton, melainkan kualitas program. Bandingkan dengan survei kuantitatif Nielsen, yang hasilnya jadi rujukan hampir semua pelaku industri ini setiap hari: pemilik brand, perusahaan iklan, stasiun televisi, dan badan lain.

Meski ada yang mempertanyakan ihwal pemilihan cuplikannya, penelitian kuantitatif itu berhubungan langsung dengan ujung yang jelas: uang yang dihabiskan pengiklan, jumlah penonton iklan, biaya yang dikeluarkan per penonton, uang masuk yang bisa dihitung stasiun TV, pergerakan penonton menit ke menit, jumlah penonton berpindah dari satu saluran ke saluran lain, target penonton stasiun TV yang dibebankan kepada karyawannya yang berhubungan dengan bonus karyawan.

Hasil survei kualitatif KPI itu menimbulkan pertanyaan. Survei tidak dilakukan terhadap semua program acara siaran yang dita- yangkan 15 stasiun TV nasional. Hanya mengambil cuplikan beberapa program. Meski kali ini tiga kategori program (berita, sinetron, dan variety show), genre antara satu program sinetron dan lainnya sangat beragam. Dari sinetron danvariety show, cuplikan yang diambil adalah sinetron dengan pengaduan paling banyak dari masyarakat kepada KPI. Seakan-akan sejak awal survei sudah didesain mengatakan sinetron danvariety show TV Indone- sia tak berkualitas sebab cuplikan yang diambil ialah sinetron yang "memang tak berkualitas" terbukti dengan banyak aduan.

Kita bisa perdebatkan "ahli" yang dipandang mengetahui program siaran TV dan bisa menilai karena mereka juga sebenarnya diberi definisi operasional dari masing-masing penilaian. Apa ukuran keahlian mereka menilai program TV? Bagaimana mungkin cuplikan program yang "tidak berkualitas sehingga menerima banyak aduan" ini jadi rujukan penilaian?

Tidaklah mengherankan, dari maksimum angka 5 sebagai indeks program dengan kualitas tertinggi, sinetron (yang diwakiliMak Ijah Pengen ke Mekah, 7 Manusia Harimau, Sinema Pintu Tobat) mendapat nilai rapor masing-masing 2,97; 2,20; dan 2,90. Dinyatakan tiga sinetron itu tidak berkualitas. Sebangun dengan variety show yang dipilih (Late Night Show, Dua Pedang, dan Pesbuker) mendapat nilai merah, masing-masing 2,33; 2,40 dan 2,47. Jauh di bawah standar KPI yang minimal 4.

Faktor penilaian untuk sinetron danvariety show: relevansi cerita; membentuk watak dan jati diri bangsa Indonesia yang bertakwa dan beriman; menghormati keberagaman; menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat; tak bermuatan kekerasan; tak bermuatan seks, tak bermuatan mistik, horor, dan supranatural; menghormati orang dan kelompok tertentu. Penilaian ideal untuk "program yang tidak ideal".

Kesimpulan dari pemilihan cuplikan yang tidak tepat tentu menjerumuskan survei ini dari kenyataan sebenarnya. Idealnya, sebagaimana penelitian kuantitatif, dengan rentang genre beragam, seluruh acara dinilai masing-masing.

ANTARIKSAWAN JUSUF, PERMATA PAMULANG BLOK G-8/7, BAKTIJAYA, SETU, TANGERANG SELATAN, BANTEN

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Juli 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger