Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 23 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Sebuah Pilihan Irasional (Kompas)

Sulit dipahami dengan akal sehat, mengapa ada orang mau menjadi pelaku bom bunuh diri. Mengorbankan hidupnya dan membunuh orang lain.

Setiap terjadi serangan bom bunuh diri, selalu muncul pertanyaan: mengapa orang menjadi pelaku bom bunuh diri? Mengapa ada orang tega membunuh orang-orang yang tidak salah terhadap dirinya? Bahkan juga, mengapa ada orang yang tanpa rasa belas kasihan membunuh orang yang tidak mereka kenal sekalipun?

Hari Senin lalu terjadi serangan bom bunuh diri di Suruc, Turki. Tindakan tidak berkeadaban itu menewaskan 31 orang. Yang lebih menarik, pelaku bom bunuh diri adalah seorang perempuan.

Perempuan pelaku bom bunuh diri bukanlah fenomena baru. Serangan bom bunuh diri yang dilakukan perempuan pertama kali terjadi pada 1980-an di Lebanon. Terlepas pelakunya lelaki atau perempuan, pertanyaannya tetaplah sama: mengapa cara itu dipilih? Ada yang berpendapat bahwa cara ini rendah biaya dan tidak membutuhkan teknologi canggih. Bom bunuh diri cara operasinya sederhana.

Peledakan bom bunuh diri adalah sebuah "metode operasi dengan penyerangan bergantung pada kematian pelaku. Pelaku sepenuhnya menyadari bahwa jika ia tak tewas, rencana penyerangan tidak akan dapat dilaksanakan". Mengutip pendapat Robert A Pape dalam Dying to Win, The Strategic Logic of Suicide Terrorism, terorisme bunuh diri merupakan bentuk terorisme yang sangat agresif. Dalam terorisme bunuh diri—misalnya dengan menggunakan bom—pelaku tidak mengharapkan dirinya akan lolos dari maut. Pelaku pasti mati.

Dengan demikian, berani mati adalah kata kuncinya. Tetapi, mati untuk apa? Secara teori, ada tiga alasan yang menjadi pendorong orang berani mati menjadi pelaku bom bunuh diri, yakni alasan religius, psikologis, dan sosiologis. Apa pun alasannya, kita berpendapat bahwa cara tersebut sungguh di luar akal sehat; di luar cara pikir manusia normal yang sehat jasmani maupun rohani.

Tentu pendapat tersebut berbeda dengan mereka yang mendukung dan pelaku bom bunuh diri. Sebab, mereka berpendapat bahwa aksi mereka adalah aksi suci. Namun, agama apa pun memandang tindakan itu dosa dan jika dilihat dari kacamata hukum adalah sebuah kejahatan. Akan tetapi, beberapa budaya memandang tindakan itu sebagai cara terhormat untuk keluar dari situasi yang tanpa pengharapan atau memalukan.

Kita paham akan semua alasan tersebut. Namun, kita tetap tidak bisa memahami dan tidak bisa mengerti, mengapa mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya sendiri atau kelompoknya; mengapa mereka tega dan berbeku hati membunuh orang-orang yang tidak bersalah dan mungkin juga tidak tahu masalah.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Sebuah Pilihan Irasional".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger