Angin yang Terbuang
Hingga saat ini ingar bingar energi, khususnya listrik, menjadi topik utama di media massa. Padahal, kita punya sumber daya energi yang murah meriah dan besar.
Kompas (12/8, halaman 13) pernah memuat gambar kincir angin sederhana di wilayah DIY yang secara bersama-sama bisa menghasilkan listrik sampai 90.000 watt.
Dalam skala lebih besar, Belanda yang dijuluki "Negeri Kincir Angin" telah memerangkap tenaga angin untuk menggerakkan ribuan kincir raksasa yang menghasilkan tenaga listrik. Mereka menempatkan kincir di area pantai dan kawasan terbuka, jauh dari permukiman.
Nusantara tercinta adalah negeri dengan puluhan ribu pulau dan menjadi salah satu negeri dengan garis pantai terpanjang di dunia. Pantai identik dengan angin kencang dan angin kencang adalah tenaga sangat besar. Mengapa kita tidak memanfaatkan tenaga angin menjadi penggerak kincir dan kincir memutar generator listrik?
Mungkin modifikasi bentuk kincir masih diperlukan agar lebih efektif memerangkap angin. Namun, kita tidak kekurangan ahli aerodinamika dan konstruksi pendukung untuk memanfaatkan anugerah alam yang selalu terbarukan, ramah lingkungan, dan gratis ini.
Semoga para berwenang tergerak mewujudkannya, terutama bagi pulau-pulau terluar dan terpencil.
FX SOEPRIJONO
Jl Raya Wisma Pagesangan 95, Surabaya 60233
Waktu Kematian Mao Tse Tung
Dalam rubrik Arsip Kompas, Kamis, 10 September 2015, saya membaca tulisan tentang waktu kematian Mao Tse Tung. Tertulis, Mao Tse Tung meninggal pada hari Kamis, 9 September 1976, pukul 12.10 waktu Peking atau hari Rabu pukul 23.10 WIB.
Menurut pendapat saya, ada kekeliruan dalam penyebutan waktu Peking. Waktu kematian Mao seharusnya disebut pada hari Kamis, 9 September 1976, pukul 00.10 waktu Peking.
Ada perbedaan satu jam antara Peking dan Jakarta. Peking terletak di Bujur Timur, sebelah timur Jakarta.
WASONO
Jl Hanglekiu V/5, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Tanggapan BRI
Harian Kompas edisi Senin, 31 Agustus 2015, memuat surat pembaca berjudul "Pelayanan yang Tidak Sopan". Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami Ibu Raurencia Resty Andriyani yang keluhannya disampaikan melalui harian ini.
Pada hari yang sama, petugas BRI (Bank Rakyat Indonesia) telah menghubungi nasabah tersebut untuk menyampaikan permohonan maaf sekaligus menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan dimaksud. Nasabah menerima penjelasan ini.
Mekanisme top up deposit Brizzi bisa dilakukan melalui ATM BRI, EDC BRI,internet banking BRI, SMS banking BRI, dan aplikasi BRI mobile. Untuk dapat digunakan, setelah top up deposit, nasabah harus mengaktifkan saldo terlebih dahulu dengan cara tap direader Brizzi yang dapat dijumpai di unit kerja BRI terdekat ataupun halte transjakarta. Informasi lengkap tentang Brizzi juga ada di setiap kemasan Brizzi.
BUDI SATRIA
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Tanggapan ACC
Menanggapi surat Bapak Yusuf Haseng (Kompas, 30/8) mengenai "Asuransi Kredit Mobil di ACC", kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan kepada Astra Credit Companies (ACC) dan mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.
Perwakilan ACC Makassar telah bertemu dengan Bapak Yusuf Haseng untuk memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi. Bapak Yusuf Haseng dapat menerima penjelasan kami dan permasalahan ini telah dianggap selesai.
Kami sangat menghargai masukan dari Bapak Yusuf Haseng yang sangat berguna untuk meningkatkan pelayanan ACC kepada semua pelanggan.
WELFIZON YUZA
Corp Strategy & Communication Head
Astra Credit Companies
Jawaban dari Ombudsman
Menanggapi surat pembaca berjudul "Hak Tanah Terbelenggu" (Kompas, 10/9) dari Bapak Sawalludin, kami dari Ombudsman RI telah menghubungi yang bersangkutan dan menjelaskan upaya yang telah dilakukan Ombudsman, termasuk rencana tindak lanjut dengan pihak terkait, antara lain Bupati Sumedang.
Bapak Sawalludin telah memahami dan menerima penjelasan kami dan untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Kami berkomitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
DOMINIKUS DALU
Koordinator Bidang Penyelesaian Laporan
Ombudsman Republik Indonesia
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 September 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Tidak ada komentar:
Posting Komentar