Buka Pameran di Akhir Pekan
Di Indonesia, budaya menulis sudah dikenal berabad-abad lalu. Nenek moyang kita menggunakan media dari batu, daun lontar, dan logam. Maka, saya senang sekali ketika bermacam-macam naskah dari sejumlah daerah di Indonesia dipamerkan dalam Festival Naskah Nusantara di Perpustakaan Nasional, Jakarta, berlangsung Senin-Kamis (14-17 September 2015).
Festival ini pasti juga menarik perhatian masyarakat, baik pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum, karena dari sini kita bisa belajar mengenal budaya tulis pada zaman dahulu. Sayang, kegiatan Festival Naskah Nusantara ini hanya berlangsung pada hari dan jam kerja sehingga karyawan ataupun pelajar yang tertarik dan ingin menyaksikan festival tersebut sulit berkunjung.
Saya mengusulkan, jika Perpustakaan Nasional kelak menyelenggarakan pameran lagi, alangkah baiknya jika waktu penyelenggaraannya termasuk juga hari Sabtu dan Minggu. Dengan demikian, akan lebih banyak lagi warga yang dapat menyaksikan dan sekaligus membuka wawasannya.
VITA PRIYAMBADA
Kompleks Perhubungan B-25,
Jatiwaringin, Jakarta 13620
Layanan Berbayar "Mobile Banking"
Dengan kemajuan teknologi, masyarakat telah dipermudah oleh beragam layanan perbankan elektronik. Salah satunya adalah mobile banking.
Namun, layanan mobile banking Bank Syariah Mandiri (BSM) ternyata sangat unik karena memotong saldo tabungan nasabah hanya untuk melihat jumlah rupiah yang ada di rekening penabung.
Memang biayanya hanya Rp 500, tetapi hal ini seperti mencerminkan bahwa BSM tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan fee based income.
Tentu banyak di antara kita yang juga memiliki rekening utama di bank-bank besar lain, tetapi saya yakin tidak ada yang mendebit rekening nasabah hanya untuk mengecek saldo. Umumnya pendebitan rekening nasabah dilakukan untuk transaksi transfer, pembayaran, dan pembelian via bank.
Semoga tulisan ini dapat menyadarkan para pengambil keputusan di BSM bahwa ada yang salah dengan kebijakan mereka dan ada banyak cara untuk mendapatkanfee based income.
SASONO UTOMO
Jagakarsa
Beli Mobil di Mazda Serpong
Ini pengalaman penuh kekecewaan saat membeli Mazda di Mazda Serpong, Tangerang Selatan. Dimulai dengan rencana uji coba atau test drive yang batal pada hari dan jam yang telah disepakati karena ternyata mobil tidak tersedia. Sudah sampai di ruang pamer, kami hanya mendengar beragam alasan.
Karena kasihan kepada petugas penjualan, saya tetap berkomitmen membeli mobil di Mazda Serpong. Setelah beres urusan transaksi, mobil dikirim pada 29 Juli 2015.
Namun, hingga 23 September—saat surat ini ditulis—mobil belum juga dapat dipakai karena STNK-nya belum siap. Mobil setiap kali hanya dihidupkan untuk memanaskan mesinnya saja.
Sebulan setelah mobil dikirim, saya menanyakan kepada petugas pemasaran, apakah tidak dapat diberikan surat jalan sementara agar mobil dapat digunakan. Jawabannya, bisa tetapi ada biaya tambahan. Padahal, dari pengalaman membeli mobil lain, surat jalan sementara diberikan cuma-cuma. Beberapa hari kemudian, melalui pesan Blackberry (BBM) saya menanyakan lagi status pengurusan STNK, tetapi tidak ada balasan.
Dua minggu kemudian saya menanyakan lagi hal yang sama ke bagian pengurusan STNK Mazda Serpong. Jawabannya, ada keterlambatan memasukkan dokumen, yang saya tidak tahu dokumen apa. Lalu dijanjikan akan diberi surat jalan sementara, tetapi perlu waktu satu minggu karena harus ke kantor pusat.
Namun, sampai surat ini dikirim, surat jalan ataupun STNK asli belum juga ada. Semoga hanya saya yang mengalami ini.
HADIYANTO BUDISETIO
Taman Aries, Jakarta Barat
AXA Mandiri
Terkait surat pembaca di Kompas (30/8), kami telah menghubungi Bapak Agus Santosa untuk menjelaskan tentang polis yang belum diterima sekaligus mengonfirmasi ulang alamat pengiriman buku polis.
Bapak Agus Santosa dapat mengerti dan menerima dengan baik penjelasan kami. Di pihak lain, AXA Mandiri juga sudah mengirim kembali buku polis sesuai alamat yang diberikan dan saat ini buku polis sudah diterima yang bersangkutan.
MAIKA RANDINI
Head of Marketing & Digital
PT AXA Mandiri Financial Service
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Oktober 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar