Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 12 Oktober 2015

Kemacetan di Jalan Tol//NewPriok atau Priokbaru?//Kecewa Palyja (Surat Pembaca Kompas)

Kemacetan di Jalan Tol

Kemacetan di jalan tol dari Tangerang menuju Jakarta semakin parah. Waktu tempuh dari Gerbang Tol Tangerang sampai Tomang (21 kilometer) 2,5-3 jam di pagi hari. Padahal, berangkat dari Tangerang pukul 06.30-07.15.

Sekitar tiga perempat waktu perjalanan, berarti 2 jam, habis di antara Gerbang Tol Karang Tengah dan Kebon Jeruk, yang hanya berjarak 6 kilometer! Sampai di Tomang, Jakarta, kemacetan di jalan non-tol tidak separah jalan tol.

Selama bertahun-tahun tidak ada terobosan berarti dari pemerintah daerah dan Kementerian Perhubungan. Padahal, ratusan ribu warga Tangerang berjibaku dengan kemacetan setiap hari menuju Jakarta.

Masalahnya klasik, yaitu suplai kendaraan pribadi yang memuncak pada jam-jam sibuk, terutama pagi hari. Kemacetan juga terjadi akibat pengoperasian JORR yang sudah terkoneksi dengan Jalan Tol Tangerang-Jakarta.

Untuk mengatasi masalah ini, saya punya beberapa usulan. Pertama, perbaiki sistem angkutan umum dan beri insentif dengan tarif tol murah. Kedua, pemberlakuan waktu pemberangkatan bus penumpang berjadwal. Pemberlakuan ini untuk memberikan kepastian bagi penumpang sekaligus memaksa penumpang untuk disiplin.

Ketiga dan keempat, pemberian insentif bagi bus-bus yang bisa berangkat tepat waktu dan pengalokasian satu jalur khusus pada jam-jam sibuk dari Tangerang sampai ke Tomang atau dari Gerbang Tol Karang Tengah sampai Kebon Jeruk yang paling parah kemacetannya.

Kelima, mengubah fungsi dan trayek bus yang sudah ada menjadi bus penumpang ke bus transjakarta. Dengan demikian, tidak akan ada lagi kendaraan umum dari Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Cikarang yang masuk ke pusat kota Jakarta. Bus-bus ini dapat dicegat di Cawang, Tomang, atau tempat lain yang dirancang untuk itu.

Terakhir, untuk jangka panjang, sebaiknya sudah mulai dipikirkan penyediaan jalur kereta api dari Balaraja, Banten, sampai ke Tomang, Jakarta, yang menyambung dengan usulan jalur kereta api di tengah Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta, dengan mengambil sebagian jalur tol dalam kota.

P LUMBANTOBING

Tangerang

NewPriok atau Priokbaru?

Iklan besar PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam empat halaman penuh diKompas (14/9) menampilkan mimpi "Pelabuhan NewPriok akan menjadi catatan sejarah yang penting bagi dunia maritim Indonesia".

Bangsa Indonesia tentu bangga jika mimpi tersebut dapat segera terwujud. Kebanggaan itu akan lebih mantap jika nama pelabuhan tetap menggunakan kata Indonesia. Bukan NewPriok, melainkan Priokbaru. Tidak perlu kita ikut-ikutan dengan adanya penamaan New York.

Trik pemberian nama asing bagi kota-kota di Indonesia demi tujuan pemasaran hendaknya dihentikan demi menanamkan kepercayaan dan kebanggaan diri menggunakan kata atau nama Indonesia. Hal ini penting agar dalam catatan sejarah tidak sampai tercantum pejabat yang melecehkan bahasa Indonesia.

Pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hendaknya tidak ikut-ikutan mempromosikan NewPriok dan mengesampingkan Priokbaru.

WIM K LIYONO

Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Kecewa Palyja

Kami adalah pelanggan Palyja wilayah Darmawangsa yang kurang beruntung. Entah karena pasokan air yang tidak bisa dicukupi oleh bagian teknis Palyja atau karena alasan lain, pada malam takbir dan hari raya Idul Adha air Palyja di tempat kami sama sekali tidak mengalir.

Sudah sejak sebulan sebelum Idul Adha air Palyja hanya mengalir kadang-kadang. Itu pun mengalirnya baru tengah malam sehingga kami harus berjaga menunggu datangnya air. Setelah mengucur tiga jam, air Palyja kembali berhenti mengalir.

Bahkan, beberapa bulan sebelumnya, menjelang Idul Fitri, Juli silam, kami sekeluarga panik karena aliran air Palyja tak stabil.

Jika gangguan rutin ini terjadi karena ada kendala di lokasi produksi air bersih, apakah Palyja tidak bisa mengantisipasinya? Atau, Palyja memang tidak memiliki kemampuan mengatasi masalah ini?

Sampai surat ini ditulis, air masih tidak mengalir.

BRIPKA HADIYANTO MS

Asrama Brimob Pasar Minggu, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12510

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Oktober 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger