Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 23 Oktober 2015

TAJUK RENCANA: Memaknai Pertemuan Putin-Assad (Kompas)

Kunjungan Presiden Suriah Bashar al-Assad ke Moskwa, Rusia, dan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sangat menarik.

Kita katakan menarik karena, pertama, inilah perjalanan ke luar negeri pertama yang dilakukan Bashar al-Assad sejak negerinya terjerumus dalam perang saudara dan sektarian pada 2011. Terakhir kali Assad bertemu Putin pada 2008.

Kedua, kepergian Assad atas undangan Putin. Hal itu memberikan gambaran betapa kuatnya dukungan Moskwa kepada Suriah dalam menghadapi kelompok-kelompok bersenjata. Rusia, sejak awal bulan ini, melibatkan diri secara langsung dalam perang di Suriah dengan mengerahkan pesawat tempurnya untuk melindungi rezim Assad.

Ketiga, kunjungan Assad ke Moskwa juga menandai perubahan secara drastis horizon politik dan militer Suriah. Perubahan itu terjadi sejak Rusia melibatkan diri secara langsung dalam konflik di Suriah yang telah menewaskan lebih dari 250.000 orang dan memaksa jutaan orang meninggalkan negeri itu.

Pertemuan antara Putin dan Assad itu menegaskan bahwa Rusia kini memainkan peran utama dalam usaha mengakhiri konflik di Suriah. Usaha mengakhiri perang di Suriah sudah berkali-kali dilakukan negara-negara Barat, dimotori AS, baik lewat meja perundingan—antara wakil pemerintah dan oposisi bersenjata—maupun lewat jalan militer. Akan tetapi, sejauh ini, usaha itu tidak menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan.

Apakah keterlibatan Rusia sekarang ini akan lebih memberikan hasil? Itulah pertanyaannya. Memang, dalam pertemuan di Moskwa, kemarin, seperti yang kita baca dari berita yang beredar, dibahas tentang operasi militer bersama—Rusia, Suriah, dan Iran—untuk menumpas kelompok-kelompok bersenjata anti Assad. Dibahas pula tentang transisi politik di masa depan di Suriah.

Sejauh ini, memang, seperti yang banyak diberitakan, operasi militer dukungan Rusia berhasil mencapai kemajuan. Operasi militer ini—yang oleh berbagai kalangan Barat dilihat salah sasaran karena lebih mengenai kelompok oposisi bersenjata, bukannya kelompok bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah—secara jelas dikatakan Putin akan menjadi dasar bagi penyelesaian konflik di Suriah.

Bagi kita, yang jauh dari pusaran krisis, yang penting adalah perang di Suriah bisa diakhiri terlepas siapa pun yang membantu mengakhiri. Namun, yang lebih penting adalah masa depan Suriah ditentukan oleh rakyat Suriah sendiri yang kini sudah tercerai-berai. Sementara kekuatan asing lebih dalam posisi mengawal dan menciptakan perdamaian dengan menyingkirkan kelompok-kelompok ekstremis dan radikal yang menyengsarakan rakyat.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Oktober 2015, di halaman 6 dengan judul "Memaknai Pertemuan Putin-Assad".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger