Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 28 November 2015

Menanti Salinan Putusan MA//Sambung Listrik//Pengembalian Uang Belum Cair//Tanggapan BRI//Data Pribadi (Surat Pembaca Kompas)


Menanti Salinan Putusan MA

Saya adalah pekerja atau karyawan yang mengajukan gugatan lewat Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Perusahaan tempat saya bekerja, PT Sakti Mas Mulia, tidak memenuhi kewajiban membayar karyawannya selama setahun serta tidak membayar uang pesangon sesuai UU Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan.

Amar keputusan PHI menyebutkan, pihak perusahaan harus membayarkan kewajibannya sesuai UU No 13. Keputusan ini tidak diterima PT Sakti Mas Mulia, yang kemudian melakukan banding ke Mahkamah Agung (MA).

MA sudah memutuskan menolak banding pihak perusahaan. Namun, hingga kini, setelah enam bulan berlalu, salinan hasil keputusan belum juga dikirim MA ke PHI.

YULIUS HUTAHAEAN

Jl Percetakan Negara, Johar Baru, Jakarta Pusat

Sambung Listrik

Untuk mendapat sambungan listrik baru dengan daya 900 VA, pada 28 Mei 2015 saya mendaftar secara online dan membayar via Bank BNI. Namun, hingga saya menulis surat ini, enam bulan dari saat mendaftar, listrik belum juga disambung. Lokasi rumah saya di tepi jalan umum dan dekat dengan tiang distribusi listrik ke rumah-rumah, jadi secara teknis seharusnya tak masalah.

Ketika komplain, saya malah diminta langsung menghubungi kontraktor PLN. Menurut kontraktor yang saya hubungi, belum ada perintah penyambungan.

Ternyata setelah membayar biaya sambungan via Bank BNI Rp 866.000, konsumen masih harus membayar kepada kontraktor Rp 1.350.000 untuk membuat SLO (Sertifikat Laik Operasi).

Saya tidak mengerti, mengapa PLN menyuruh calon pelanggan menghubungi kontraktor untuk urusan penyambungan dan masih membayar SLO? Apakah saya juga harus membayar tambahan kabel jika diperlukan?

Sudah tiga saya kali melapor lewat telepon 123. Saya juga telah dua kali menemui pemimpin PLN Rayon Petung, Bapak Wariata. Namun, tak ada satu pun yang menyelesaikan persoalan.

UDIMAN Y SITANGGANG

Jl Senayan No 54 Karang Rejo, Balikpapan, Kaltim

Pengembalian Uang Belum Cair

Saya dan dua anak saya hendak naik pesawat Transnusa untuk penerbangan Jakarta-Dumai, 17 Juli 2015. Tanpa pemberitahuan, penerbangan itu ternyata dibatalkan oleh Transnusa. Untung saja saya konfirmasi sehari sebelum jadwal keberangkatan.

Ketika menelepon ke sentral panggilan Transnusa Kupang, betapa kagetnya saya diberi tahu bahwa penerbangan tersebut dibatalkan dengan alasan 17 Juli adalah hari pertama Idul Fitri. Jika Transnusa tidak beroperasi di hari raya itu, kenapa tiket pesawat sudah dijual jauh-jauh hari sebelumnya?

Kekesalan kedua muncul ketika pada bulan yang sama, Juli 2015, saya mengajukan permintaan pembayaran kembali (refund) tiket yang sudah dibayar. Menurut agen Transnusa di Pekanbaru, Sdr Widya, prosesnya bisa sampai dua bulan. Namun, hingga Oktober lalu uang belum kembali. Saya diberi tahu bahwa pada bulan Juli itu juga berkas pengembalian dana saya sudah dikirim ke Bandara Halim Perdanakusuma dan diproses lebih lanjut oleh Sdr Yanuar.

Saat saya cek langsung ke Halim, Sdr Yanuar menjelaskan bahwa berkas baru masuk dan baru diproses. Sampai surat ini ditulis, dari Ibu Berty di kantor pusat Transnusa di Kupang, saya mendapat kabar bahwa berkas belum diproses Sdr Yanuar.

SUNARTO

Tlogosari Kulon, Pedurungan,Semarang

Tanggapan BRI

Harian Kompas (10/11) memuat surat pembaca yang ditulis Sdr Ninuk Setya Utami mengenai BRI dengan judul "Uang Tak Keluar". Kami ingin menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

Sebagai tindak lanjut dari keluhan tersebut, dapat kami informasikan bahwa transaksi tarik tunai yang dilakukan Sdri Ninuk pada 6 Oktober 2015, yang semula tidak terproses sebagaimana mestinya, sudah kami kreditkan. Dengan demikian, permasalahan telah terselesaikan dengan baik.

HARI SIAGA AMIJARSO

Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Data Pribadi

Tanggal 14 November 2015 pukul 13.10, telepon di rumah berdering. Penelepon mengaku dari sebuah bank pemerintah. Dia menanyakan data pribadi, tempat dan tanggal lahir, nomor KTP, dan juga nama ibu kandung.

Begitu pembicaraan selesai, saya baru sadar bahwa hari itu Sabtu dan semua bank tutup. Ketika saya ceritakan kepada layanan nasabah sebuah bank, ia mengatakan bahwa itu telepon penipu. Saya jadi ingat, Kompas pernah memuat pengalaman seorang penulis yang ditipu dengan kartu kredit asli tapi palsu.

FS HARTONO

Purwosari RT 004 RW 059, Sinduadi, Sleman, Yogyakarta

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 November 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger