Pertemuan yang digelar Minggu kemarin, dituanrumahi Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, adalah pertemuan pertama dalam tiga tahun terakhir. Pemimpin Jepang, PM Shinzo Abe, hadir dalam pertemuan itu, sedangkan Tiongkok diwakili PM Li Keqiang. Meskipun Presiden Xi Jinping tidak hadir, pertemuan tersebut dapat diartikan sebagai pertanda bahwa ketiga negara tidak menginginkan perbedaan politik di antara mereka akan memperumit perekonomian yang kini tengah menghadapi tantangan berat.
Bertemu dan berdialog saja sudah merupakan awal yang baik dari penyelesaian sebuah masalah. Selama ini masih ada persoalan di antara mereka. Masalah lama yang tidak kunjung selesai dan sulit untuk diselesaikan.
Antara Jepang dan Tiongkok, misalnya, terlibat dalam persengketaan sebuah pulau di kawasan Laut Tiongkok Timur. Pulau tersebut oleh Tiongkok disebut Diaoyu, sedangkan oleh Jepang diberi nama Senkaku. Perebutan pulau itu terjadi sejak berakhirnya Perang Dunia II hingga sekarang. Baik Tiongkok maupun Jepang sampai saat ini belum menemukan titik terang dalam menyelesaikan masalah Kepulauan Senkaku (Diaoyu). Itu hanyalah salah satu masalah yang ada di antara kedua negara.
Sementara antara Jepang dan Korea Selatan juga tidak sepi dari persoalan. Hubungan Jepang dan Korsel sering kali disebut "close but distant neighbour" atau "tetangga dekat tetapi jauh". Dekat karena secara geografis kedua negara berdekatan, tetapi jauh karena di antara mereka masih tersimpan persoalan lama yang belum selesai.
Persoalan di antara keduanya masih terkait dengan masa kolonialisasi Jepang pada 1910 sampai 1945 di daratan Korea, Tiongkok, dan beberapa negara di Asia Tenggara. Kemerdekaan yang didapat Korea setelah kekalahan telak yang dialami Jepang pada Perang Dunia II membuat hubungan mereka kurang baik sampai beberapa waktu lalu. Selain itu, masih ada persoalan lain menyangkut kasus persengketaan dua pulau kecil yang disebut Dokdo oleh warga Korea, atau disebut Takeshima oleh warga Jepang, atau disebut Liancourt Rocks oleh dunia internasional.
Terlepas dari persoalan-persoalan tersebut, pertemuan puncak di antara ketiga pemimpin negara kemarin memberikan suasana baru. Kita berharap pertemuan tersebut akan membuka jalan bagi pertemuan-pertemuan selanjutnya untuk menyelesaikan berbagai persoalan di antara mereka. Hal itu penting sebab kalau terjadi ketegangan di antara mereka, bahkan konflik, akan berdampak buruk bagi kawasan, tidak hanya Asia Timur, tetapi juga Asia Tenggara. Pada gilirannya, akan mengganggu perekonomian dan keamanan kawasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar