Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 24 November 2015

TAJUK RENCANA: Teror Tingkatkan Keamanan Eropa (Kompas)

Sejak terjadi serangan teror di Paris, Perancis, 13 November malam, wajah Eropa berubah. Keamanan ditingkatkan di mana-mana.

Personel militer mulai berjaga di tempat-tempat yang dianggap strategis, termasuk di perbatasan. Bahkan, perpindahan orang di Eropa, terutama di antara 26 negara yang tergabung dalam zona Schengen, yang semula cenderung sangat bebas, kini mulai ada pemikiran untuk mengurangi kebebasan itu.

Para menteri negara anggota Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat, Jumat lalu, untuk membahas tentang pengetatan pemeriksaan di perbatasan sebagai langkah pencegahan darurat. Menteri Dalam Negeri Perancis Bernhard Cazeneuve mengatakan, Paris tidak menerima peringatan dari negara anggota Uni Eropa (terutama Belgia) bahwa Abdelhamid Abaaoud berada di wilayah Perancis.

Padahal, Abaaoud, dalang dari serangan teror di Paris, termasuk dalam daftar pencarian orang internasional yang dikeluarkan oleh Belgia. Dia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara atas tuduhan perekrutan militan untuk dikirim ke Suriah, Juli lalu.

Kita mendukung penuh keinginan negara-negara Uni Eropa untuk mengetatkan pemeriksaan di perbatasan sebagai langkah pencegahan darurat karena tiap-tiap negara berkewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan rakyat serta negara masing-masing.

Kita juga mendukung keinginan untuk meningkatkan kerja sama intelijen dan keamanan serta tukar-menukar informasi strategis di antara negara-negara Eropa dan non-Eropa. Tujuannya agar sistem deteksi dini dapat dikembangkan. Oleh karena dari pemeriksaan yang dilakukan setelah serangan teror Paris terjadi, diketahui bahwa intelijen Maroko telah mendeteksi kehadiran Abaaoud di Paris.

Namun, kita tidak menginginkan langkah-langkah pencegahan darurat itu digunakan untuk menghalangi masuknya para migran atau pengungsi dari Suriah dan Irak, atau negara Timur Tengah lain, ke Eropa.

Sebelum serangan teror Paris terjadi pun sesungguhnya sudah ada beberapa negara Eropa menunjukkan keengganannya dalam menerima migran dari Suriah dan Irak. Dikhawatirkan, ucapan Perdana Menteri Prancis Manuel Valls bahwa beberapa pembunuh dalam serangan teror Paris telah memanfaatkan krisis migran untuk menyelinap ke Eropa akan memperbesar keengganan negara-negara itu.

Kita berharap negara-negara Eropa memisahkan secara tegas dan jelas antara migran dan pelaku terorisme oleh karena keduanya sangat berbeda. Jangan sampai para migran yang mengharapkan kehidupan yang lebih baik di Eropa tidak dapat mewujudkan keinginannya hanya karena kekhawatiran Eropa terhadap terorisme.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Teror Tingkatkan Keamanan Eropa".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger