AKP atau Partai Keadilan dan Pembangunan meraih 316 dari 550 kursi parlemen, jauh dari yang dibutuhkan, 276 kursi, untuk membentuk kabinet. Dengan raihan ini, AKP akan memerintah Turki tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
Kemenangan AKP yang tidak diperkirakan ini dikritik pemimpin oposisi. Pemimpin partai pro-Kurdi, Partai Rakyat Demokrasi (HDP), Selahattin Demirtas, mengatakan, partainya tidak bisa berkampanye karena terjadi peledakan bom yang menewaskan 102 orang di Ankara pada 10 Oktober lalu.
Hampir semua jajak pendapat sebelum pemilu menyatakan, AKP tidak akan berhasil meraih mayoritas tunggal. Namun, situasi dalam negeri yang penuh kekerasan dan teror menjelang pemilu membuat pemilih berubah pikiran. "Pemilih lebih senang stabilitas keamanan dan ekonomi sehingga memilih untuk diperintah satu partai saja," ujar Suat Kiniklioglu, pengamat Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, warga lebih memilih pembangunan dan kerja nyata daripada kontroversi. "Mereka memberi sinyal kuat ingin tetap bersatu," katanya.
Namun, tidak berarti kemenangan AKP membuat situasi dalam negeri Turki akan lebih stabil. Erdogan yang merupakan presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat ingin mengubah konstitusi menjadi sistem presidensial. Untuk mengubah konstitusi diperlukan 367 kursi, jauh dari raihan AKP yang hanya 316 kursi di parlemen.
Selain perubahan konstitusi, Erdogan juga dikritik karena diduga memiliki agenda tersembunyi untuk mengembalikan Turki menjadi negara konservatif. Dugaan ini antara lain ditandai oleh kurang tegasnya Erdogan terhadap kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Presiden berusia 61 tahun dan pendiri AKP ini juga terus menekan Fethullah Gulen, ilmuwan Islam Turki yang bermukim di Amerika Serikat, dan selalu berupaya membendung aliansi militer sekuler. Sebelum AKP berkuasa, militer di Turki selalu punya pengaruh dalam politik dan sekaligus mengekang pengaruh Islam.
Dari sisi ekonomi, tahun ini Turki dihadapkan pada penurunan tajam nilai tukar lira dan merosotnya ekspor. Namun, investor dan koalisi Erdogan berharap kemenangan ini dapat mengembalikan stabilitas ekonomi Turki yang juga direpotkan oleh gelombang pengungsi dari Suriah.
Kita berharap kemenangan AKP tidak membuat Erdogan hanya mengedepankan rencana perluasan kekuasaan dengan mengubah konstitusi. Sebab, persoalan dalam negeri yang menumpuk dapat membuat warga Turki makin terpolarisasi lebih dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar