Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 09 Februari 2016

TAJUK RENCANA: Korban Bisa Lebih dari 100 Orang (Kompas)

Kita terkejut dan berduka akibat gempa Taiwan yang meruntuhkan kompleks apartemen, Sabtu (6/2) dini hari, dan diduga menewaskan lebih dari 100 orang.

Kompleks yang terdiri dari empat menara apartemen berlantai 17 dengan total 96 unit apartemen itu runtuh diguncang gempa dengan magnitudo 6,4, dan menewaskan 38 orang. Diduga jumlah korban tewas masih akan bertambah mengingat hingga saat ini masih ada lebih dari 100 orang dinyatakan hilang.

Otoritas Tainan, Taiwan, menyatakan, berdasarkan catatan resmi, penghuni apartemen ada 256 orang. Akan tetapi, Menteri Dalam Negeri Taiwan Chen Wei-jen khawatir jumlah korban yang tertimbun lebih banyak karena pada saat gempa terjadi banyak keluarga yang tengah berkumpul untuk menyambut tahun baru Imlek 2567.

Ucapan dukacita yang mendalam mengalir dari sejumlah negara, termasuk dari Kementerian Luar Negeri Indonesia. Apalagi, bencana itu terjadi pada saat orang seharusnya tengah bersukacita menyambut perayaan tahun baru Imlek. Selain menyampaikan ucapan dukacita yang mendalam, Presiden Tiongkok Xi Jinping juga mengulangi kembali tawarannya untuk membantu.

Pada saat yang sama, kita juga gembira karena ternyata ada beberapa orang yang dapat dikeluarkan dari reruntuhan dalam keadaan selamat setelah tertimbun di bawah reruntuhan selama lebih dari 60 jam.

Di antara para korban ditemukan selamat adalah seorang anak perempuan berusia delapan tahun dan bibinya, serta sebelumnya juga seorang perempuan dan seorang laki-laki. Di dalam setiap bencana selalu ada misteri Ilahi. Sangat sulit menjelaskan mengapa mereka selamat, sementara banyak yang lain tidak.

Hingga kemarin, pencarian masih terus dilanjutkan. Petugas penyelamat berupaya keras menyingkirkan reruntuhan untuk mencari korban yang masih tertimbun. Baik Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, yang jabatannya sebentar lagi akan berakhir, maupun Presiden terpilih Tsai Ing-wen, menyatakan, perlu diadakan pemeriksaan menyeluruh, apakah bangunan-bangunan tua di Taiwan tahan gempa atau tidak.

Idealnya, bangunan di daerah rawan gempa haruslah dibuat tahan gempa. Namun, kita juga tahu bahwa terkadang energi yang dilepaskan gempa itu sedemikian dahsyat sehingga bangunan yang tahan gempa pun tidak dapat bertahan. Gempa di Kobe, Jepang, pada tahun 1995, dan gempa dahsyat Jepang yang dibarengi tsunami pada tahun 2012, menunjukkan hal itu.

Itu sebabnya, membangun gedung tahan gempa di daerah rawan gempa itu memang penting, tetapi yang tidak kalah penting adalah pendidikan tentang bagaimana cara menyelamatkan diri pada saat gempa terjadi, serta tanggap darurat dan kesiapan petugas penyelamat.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Februari 2016, di halaman 6 dengan judul "Korban Bisa Lebih dari 100 Orang".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger