Perburuan militan Kurdi dilakukan menyusul bom bunuh diri yang meledak di Ankara, Turki, Minggu (13/3). Ledakan itu menyebabkan sedikitnya 37 orang tewas dan ratusan luka-luka.
Pertengahan Februari lalu, sebuah bom mobil meledak di dekat markas militer di Ankara dan menyebabkan 29 orang tewas. Dua serangan ini membuat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan gemas dan berjanji akan memburu teroris hingga bertekuk lutut.
Diduga, serangan Minggu malam tersebut dilakukan militan Kurdi setelah mengetahui rencana pemerintah untuk melakukan operasi besar-besaran di dua kota, Yuksekova di dekat perbatasan Irak dan Nusaybin di dekat perbatasan Suriah. Pekan lalu, militer Turki mengakhiri operasi melawan militan Kurdi di distrik Sur, Kota Diyarbakir.
Pemerintah menduga serangkaian serangan di Istanbul dan Ankara itu dilakukan kelompok militan Partai Pekerja Kurdi (PKK). Bahkan, aparat menyatakan, salah seorang pengebom adalah perempuan yang diketahui bergabung dengan PKK. Namun, berkali-kali pemimpin PKK dengan tegas menolak tuduhan pemerintah.
Meski demikian, beberapa jam setelah ledakan pada Minggu, Pemerintah Turki melakukan serangan udara ke daerah basis Kurdi di Irak utara dan memberlakukan jam malam di beberapa kota termasuk di Diyarbakir.
Bentrok antara militer dan militan pun tak terhindarkan menyebabkan seorang polisi dan tiga militan tewas di distrik Baglar, Diyarbakir. Bentrokan pun terus meluas hingga ke kota Kaynartepe, kota tetangga Diyarbakir.
Militan PKK memblokade jalanan dengan memarkir kendaraan di area tersebut. Bentrokan sporadis terjadi sepanjang malam di Diyarbakir.
Kekerasan di basis selatan Turki terjadi setelah gencatan senjata yang berlangsung 30 bulan hingga Juli 2015. PKK menuduh Turki mengatasnamakan serangan koalisi terhadap basis NIIS untuk menggempur mereka. NIIS pun ikut menyerang PKK.
PKK geram dan Presiden Erdogan pun geram. Penyelesaian damai lewat gencatan senjata, misalnya, rasanya semakin sulit dilakukan. Apalagi, kelompok Kurdi di Turki tenggara, Suriah utara, dan Irak utara, sama-sama menginginkan otonomi khusus. Usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Turki.
Sesulit apa pun perdamaian harus terus diupayakan untuk menghindari korban jiwa lebih banyak. Sekecil apa pun kemungkinan perdamaian harus dicoba dan itu bisa dilakukan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) karena Turki, Irak, dan Suriah menjadi anggotanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar