Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 30 April 2016

Rindu ”Cerita Anak”//Tambora Challenge//Reklamasi dan Pengembang//Batasan Obat BPJS (Surat Pembaca Kompas)

Rindu "Cerita Anak"

Saya adalah pembaca setia harian Kompas. Sebagai pendidik di sebuah SMA di Yogyakarta, saya perlu memperluas wawasan dan Kompas bisa memenuhinya. Saya sering mengutip pemberitaan di Kompas dan memfotokopinya untuk anak didik saya. Di kelas, saya pun sering mengulas Sosok di halaman 16 yang inspiratif, atau sajian di halaman Opini, yang pilihan-pilihannya menarik dan ditulis para pakar di bidangnya.

Namun, belakangan, saya kehilangan momentum kebersamaan dengan anak-anak saya karena tidak lagi menemukan rubrik "Cerita Anak", yang biasanya muncul di Kompas edisi hari Minggu. Berkat rubrik ini, saya mempunyai banyak bahan untuk bercerita kepada anak-anak saya.

Saya suka dengan desain tata letakKompas Minggu yang baru, tetapi saya lebih suka apabila rubrik "Cerita Anak" juga disisipkan kembali dengan layoutbaru tersebut.

Semoga Kompas tetap bisa mewadahi entitas terkecil dari masyarakat Indonesia, yaitu anak-anak, yang haus suri teladan—minimal lewat cerita/dongeng—karena bersama merekalah bangsa ini akan berjaya.

BIANA DWI ASTUTI

Dayu Gang Belimbing No 06A, Sindhuharjo, Ngaglik, Sleman, DIY

Catatan Redaksi:

Halaman Kompas Anak, tempat rubrik "Cerita Anak" berada, sementara ini ditiadakan. Kami tengah merumuskannya untuk muncul lagi dalam format baru.

Tambora Challenge

Menarik membaca kisah "Persaudaraan di Ambang Batas Diri" pada acara Tambora Challenge yang dilansirKompas, Sabtu (16/4). Betapa manusia bisa lebih dari sekadar berkompetisi untuk menjadi yang paling unggul.

Namun, saya terganggu dengan alinea penutup, yang pada hemat saya semestinya menguatkan isi tulisan. Dikatakan, "Rumusan bahwa pada saat paling lelah, sifat manusia akan terlihat aslinya, rupanya tidak berlaku di antara pelari ultra Lintas Tambora 320K. Saling berbagi, menyemangati, dan berlomba secara sportif lebih menonjol pada diri mereka".

Tulisan itu mengesankan bahwa seolah "saling berbagi, menyemangati, dan sportif" bukan sifat asli manusia. Seolah sifat asli manusia selalu buruk, egois, dan tidak sportif. Sekalipun mungkin ada yang bersifat demikian, tidak elok menggeneralisasi demikian. Akan lebih baik istilah "terlihat aslinya" diganti yang lebih netral, misalnya "cenderung negatif".

SIEK LIANG THAY

Jalan Jeruk VII, Lamper Lor, Kota Semarang, Jawa Tengah

Catatan Redaksi:

Terima kasih atas masukan Anda.

Reklamasi dan Pengembang

Korupsi reklamasi pantai Teluk Jakarta menjadi berita utama di beberapa media cetak dan elektronik belakangan ini. Kasus yang melibatkan anggota DPRD DKI Jakarta dan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land begitu hangat diperbincangkan.

Sejak awal telah terendus ketidakberesan proyek reklamasi ini terkait perizinan dan protes karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Undang-Undang Perikanan, dan lain-lain.

Sebenarnya, apakah tujuan reklamasi ini? Jika untuk menyejahterakan rakyat, benarkah demikian? Faktanya, di kawasan itu akan dibangun apartemen dan bangunan mewah. Bukankah sudah dapat dilihat siapa yang akan diuntungkan, yaitu para pengembang dan pemilik modal.

Inilah buah dari sistem kapitalisme, dan penguasa berpihak kepada pengusaha, tidak lagi kepada rakyat jelata.

CHAYA YULIATRI

Karangploso, Depok, Sleman, Yogyakarta

Batasan Obat BPJS

Saya "berdebat" dengan petugas apotek RS Pelni Petamburan, Jakarta Barat, Sabtu (16/4), karena ia menyatakan bahwa Atorvastatin atau Simvastatin hanya diberikan jika kadar "trigliserida" di atas 110 mg/dl, sesuai peraturan BPJS Kesehatan.

Saya ngotot karena apotek yang sama, masing-masing pada 19 Februari 2016 dan 18 Maret 2016, petugasnya memberikan obat Atorvastatin 20 mg kepada saya dan istri sesuai resep dokter spesialis jantung.

Jika peraturan itu benar, berarti BPJS Kesehatan lebih suka membiayai pengobatan pasien yang stroke, jantung, pasien yang akan di-ring, atau bye passyang biayanya pasti lebih besar karena kadar lemak darah dibiarkan tinggi terus-menerus.

LAKSANA SINULINGGA

Perumahan Ciputat Baru, Tangerang Selatan, Banten

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 April 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger