Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 30 Mei 2016

Pengalaman Buruk Ikut OSN//Tanggapan Sanken//Macet akibat Separator ”Busway” (Surat Pembaca Kompas)

Pengalaman Buruk Ikut OSN

Anak saya menjadi peserta Olimpiade Sains Nasional 2016 di Palembang, 15-21 Mei 2016. Acara diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah atau Ditjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagaimana telah luas diberitakan, saat lomba puluhan peserta menjadi korban keracunan makanan. Para peserta itu menginap di salah satu hotel di Palembang.

Anak saya adalah salah satu korban dalam peristiwa keracunan kolektif itu. Ia sampai dievakuasi dengan ambulans dari arena Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Indralaya ke Palembang, berjarak sekitar 1 jam perjalanan darat.

Lewat surat ini saya ingin menyampaikan kekecewaan saya terhadap panitia penyelenggara OSN. Jangankan permintaan maaf, sebagai orangtua murid saya sama sekali tidak mendapatkan informasi resmi dari panitia terkait insiden tersebut. Juga tidak ada penjelasan tentang anak saya yang sampai dirawat inap di RS Charitas, Palembang, akibat keracunan salmonela dan E coli.

Informasi saya peroleh langsung dari anak saya, lalu saya menghubungi pembimbingnya dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. Ia bukan panitia dan ternyata tidak tinggal satu hotel dengan anak-anak yang dibimbingnya.

Saat saya datang menjenguk anak saya, tak ada seorang pun dari panitia penyelenggara yang menghubungi saya. Demikian terus terjadi hingga anak saya keluar dari RS dan sampai penyelenggaraan OSN berakhir.

Walaupun panitia membayar seluruh biaya perawatan bagi semua korban, bukankah kami sebagai orangtua tetap berhak untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi anak-anak kami? Apalagi nama, alamat, dan nomor telepon orangtua sudah diberikan ketika mengisi formulir peserta OSN. Bukankah dengan demikian panitia telah melanggar UU Perlindungan Anak?

Semoga surat saya ini bisa menjadi bahan catatan Dirjen Dikdasmen untuk memperbaiki penyelenggaraan OSN pada tahun-tahun mendatang.

MEIKO TOURISTA, PEJATEN BARAT, PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Tanggapan Sanken

Menindaklanjuti keluhan yang disampaikan Ibu Anna Dewi lewatKompas, kami informasikan di sini bahwa Sanken telah memberikan respons dengan menghubungi pelanggan yang bersangkutan.

Tanggapan kami lakukan persis pada hari yang sama dengan saat surat Ibu Anna Dewi dimuat di harian Kompas edisi 9 Mei 2016. Dengan demikian, keluhan sudah ditanggapi dan diselesaikan dengan baik antara pihak Sanken dan Ibu Anna Dewi.

MUNIR HASAN BASRI, GENERAL MANAGER CUSTOMER SATISFACTION SANKEN

Macet akibat Separator "Busway"

Saya adalah pengendara sepeda motor yang setiap hari berangkat dan pulang bekerja melintasi jalan Angke-Pesing-Cengkareng-Pesakih, Kalideres, Jakarta Barat.

Belakangan ini, saya stres berat akibat kemacetan yang selalu terjadi di jalur tersebut, terutama menjelang sore hari.

Kemacetan membuat perjalanan pulang dari tempat kerja yang sebelumnya dapat ditempuh dalam tempo sekitar 30 menit menjadi lebih lama, yakni 60-90 menit.

Penyebab utamanya adalah dipasangnya separator busway transjakarta di sepanjang jalur, yang menyebabkan penyempitan jalan. Saya berani menyimpulkan demikian karena kemacetan parah baru terjadi setelah separator jalan dipasang baru-baru ini.

Setelah separator busway terpasang, ruas jalan yang lebarnya hanya dua kali lebih sedikit dari jalur tersebut diperebutkan oleh aneka jenis kendaraan, mulai dari truk kontainer—yang banyak lalu lalang tanpa batasan waktu dan bergerak lambat bak siput—hingga bus antarkota yang cenderung memperlambat laju kendaraan guna mencari penumpang hingga sepeda motor yang banyak melaju melawan arah dari depan kompleks Casa Jardin.

Saya mengimbau kepada aparat terkait untuk membongkar saja separator jalan tersebut. Pada kenyataannya, separator itu hanya menimbulkan tambahan masalah dan bukan menjadi solusi untuk "memaksa" masyarakat beralih menjadi penumpang bus transjakarta.

Lagi pula, jalur tersebut sebenarnya bukanlah jalan protokol dan intensitas kehadiran bus transjakarta juga masih sangat terbatas.

YENNY TANZINO, JL JELAMBAR BARAT, JAKARTA BARAT

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Mei 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger