Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 23 Mei 2016

TAJUK RENCANA: Penting Ajak Rusia ke Kawasan (Kompas)

Arsitektur keamanan kawasan menjadi salah satu topik dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Rusia di Sochi, Rusia, yang dimulai Jumat (20/5).

KTT ASEAN-Rusia itu dibuka Presiden Vladimir Putin dalam rangka memperingati 20 tahun hubungan ASEAN dengan Rusia. Rusia menjadi salah satu mitra dialog ASEAN pada Juli 1996 ketika masih bernama Uni Soviet. Diakui atau tidak, selama ini Rusia seperti terpisahkan dari semua persoalan yang terjadi di kawasan Asia Tenggara, terutama di perairan Laut Tiongkok Selatan.

Padahal, kehadiran Rusia di kawasan Asia Tenggara ini sangat penting untuk membantu keseimbangan hubungan di antara ASEAN, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Dalam kaitan itulah, kita menyambut baik penyelenggaraan KTT ASEAN-Rusia. Tentunya hubungan baik ASEAN dengan Rusia itu juga dapat diarahkan untuk meningkatkan hubungan dalam bidang ekonomi, termasuk hubungan Indonesia dengan Rusia.

Keberadaan Tiongkok, sebagai satu-satunya negara raksasa di perairan Laut Tiongkok Selatan, telah merusak keseimbangan di kawasan itu. Sebagai raksasa dalam ukuran, populasi, ekonomi, dan pertahanan, Tiongkok dapat melakukan nyaris apa saja yang diinginkannya. Salah satu contohnya, gugusan karang Fiery Cross dan gugusan karang di dekatnya, yang menjadi tumpang tindih klaim wilayah di antara Brunei, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Tiongkok, secara sepihak dibangun Tiongkok menjadi pulau buatan, lengkap dengan pelabuhan dan lapangan terbangnya.

Sangat sulit bagi negara anggota ASEAN untuk berurusan dengan Tiongkok dalam membicarakan tumpang tindih klaim di perairan Laut Tiongkok Selatan. Oleh karena Tiongkok menginginkan pembicaraan dilakukan secara bilateral, sementara negara anggota ASEAN menginginkan pembicaraan secara multilateral. Negara anggota ASEAN merasa kurang nyaman berhadapan dengan tetangga raksasanya sendirian.

Filipina selama ini kerap mengajak Amerika Serikat dengan mengadakan latihan militer bersama di perairan itu. Dikhawatirkan, apabila hal itu berlangsung terus, ketergantungan Filipina kepada Amerika Serikat akan semakin dalam. Kita gembira Filipina juga berupaya membawa kasusnya dengan Tiongkok ke Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda. Namun, tetap ada kekhawatiran, jika Tiongkok mengabaikan keputusan Arbitrase Internasional nantinya.

Dengan kembalinya Rusia ke kawasan ini, diharapkan negara itu bisa menjadi penyeimbang, dan ketergantungan Filipina kepada Amerika Serikat dapat dikurangi. Rusia bukanlah pemain baru di kawasan ini. Dengan menggunakan pelabuhan Vladivostok di Asia, Rusia sudah hadir di kawasan ini sejak lama.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Penting Ajak Rusia ke Kawasan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger