Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 30 Juni 2016

TAJUK RENCANA: Inggris Sudah Memilih (Kompas)

Dampak keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa masih terus berlanjut sampai hari ini. Pasar keuangan global belum stabil.

Mata uang poundsterling, misalnya, masih sulit menguat. Selain itu, ungkapan pemisahan diri dari Skotlandia dan Irlandia Utara juga semakin kuat, serta munculnya sentimen xenofobia terhadap migran Eropa di Inggris.

Apa yang terjadi saat ini sebetulnya sudah diperingatkan oleh berbagai pihak sebelum referendum, tetapi tak berpengaruh pada mayoritas rakyat Inggris. Kini, banyak pemilih Brexit yang menyesali keputusannya. Ada lebih dari 2 juta penanda tangan petisi yang ingin agar referendum diulang. Namun, nasi sudah menjadi bubur.

Reaksi negatif terhadap keputusan Brexit membuat Inggris tidak segera mengurus perceraiannya dengan Uni Eropa (UE) melalui pengaktifan Pasal 50 Traktat Lisabon. Jika pasal ini telah diaktifkan, ada waktu sekitar dua tahun untuk mengurus administrasi perceraian. Tahap-tahapnya adalah Inggris menginformasikan kepada Dewan Eropa, kemudian dibuat draf kesepakatan yang ditentukan oleh Komisi Eropa. Tahap selanjutnya negosiasi, baru setelah itu tahap persetujuan. Pasal ini belum pernah digunakan karena Inggris negara pertama yang keluar dari UE.

Inggris tidak ingin terburu-buru mengaktifkan Pasal 50 karena ingin jelas terlebih dulu seperti apa masa depan hubungannya dengan UE. Selain itu, dengan mundurnya PM Inggris David Cameron, PM baru kemungkinan juga baru akan terpilih pada Oktober.

Bagi Uni Eropa, menunggu sampai dengan Oktober dalam ketidakpastian akan berdampak sangat buruk, baik secara ekonomi maupun dari sudut keutuhan UE. Pada hari pengumuman Brexit, pasar saham dunia telah kehilangan 2 triliun dollar AS. Sementara mata uang euro dan poundsterling anjlok. Artinya, setiap satu hari dalam ketidakpastian akan berdampak bagi UE.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah efek domino Brexit. Sejumlah partai sayap kanan di Eropa sudah menyuarakan langkah serupa, yaitu referendum untuk keluar dari UE. Pemilu tahun 2017 akan sangat krusial bagi Perancis, Jerman, Belanda, dan Hongaria, yang memiliki partai sayap kanan yang semakin populer.

Itu sebabnya, UE menginginkan perceraian yang cepat dan tuntas dengan Inggris agar memiliki waktu cukup untuk berbenah dan mengonsolidasikan diri. UE pun saat ini memiliki persoalan mendesak lainnya, yaitu menyelesaikan krisis migran, ancaman terorisme, dan resesi ekonomi.

Inggris telah diberi kesempatan dan telah memilih. Kini saatnya bertanggung jawab terhadap pilihannya dan tidak menyeret pihak lain "ikut menderita". Opsi yang tersedia bagi Inggris adalah menyatukan warganya yang terbelah dan menata masa depannya di luar UE.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Inggris Sudah Memilih".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger