Dengan konsolidasi politik yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo, pencalonan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tersebut sebagai Kapolri diperkirakan akan lancar. Hari Rabu ini, uji kelayakan dan kepatutan akan mulai digelar.
Dibandingkan lembaga lain, citra Polri belum sepenuhnya baik. Jajak pendapat terakhir harian ini, Juni 2015, menyebutkan baru 55 persen responden menganggap citra Polri baik. Sementara ketidakpuasan publik paling besar pada aspek penegakan hukum sebesar 53,8 persen.
Sebagai pemimpin Polri yang masih muda, berusia 52 tahun, ekspektasi publik terhadap Tito begitu tinggi. Ekspektasi tinggi itu bisa menjadi beban. Tito harus mampu mengelola ekspektasi publik itu. Perjalanan sejarah bangsa ini kadang menunjukkan, euforia publik yang berlebihan terhadap suatu tokoh bisa berbuah sebaliknya ketika tokoh itu berada dalam jabatannya.
Kita berharap Tito, perwira lapangan dan polisi intelektual, mampu menjawab ekspektasi publik. Salah satu harapan publik itu adalah bagaimana bisa terjadi transformasi wajah kepolisian Indonesia, menjadikan polisi yang dicintai rakyatnya. Semacam Polisi Inggris yang dijuluki Bobby karena disukai dan dekat dengan rakyatnya. Hari Bhayangkara 1 Juli bisa menjadi momentum untuk mencanangkan kembali reformasi internal Polri.
Masyarakat harus bisa merasakan, kehadiran polisi berwajah dan berseragam sipil menjadikan dirinya aman. Kehadiran polisi yang melayani, mengatur lalu lintas ketika macet, melayani pelaporan dan keluhan masyarakat, cepat hadir ketika terjadi kejahatan adalah contoh konkret harapan masyarakat. Kemajuan teknologi komunikasi bisa membantu pelaporan masyarakat terhadap aksi kriminal.
Wajah polisi sipil dan bersih tampaknya menjadi kerinduan. Dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai penegak hukum, perlu dihindarkan langkah yang bisa mengakibatkan manusia kehilangan harkat dan martabat kemanusiaannya. Perlu dipikirkan langkah transformasi polisi dari skenario represif menjadi skenario yang lebih mengedepankan kemanusiaan. Transformasi juga harus dilakukan dari cara penggunaan kekerasan telanjang menjadi cara perpolisian yang berperikemanusiaan.
Harapan itu bisa saja direalisasikan asal ada pemimpin yang mau memberi contoh. Kehadiran polisi di lapangan mengatur lalu lintas, kehadiran polisi yang tidak mau disuap, dan polisi yang tegak lurus menegakkan hukum sudah pernah ditunjukkan Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Penataan birokrasi menuntut keteladanan dari pimpinan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Meneruskan Reformasi Polri".

Tidak ada komentar:
Posting Komentar