Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 23 Juni 2016

TAJUK RENCANA: Sikap Tegas Jordania (Kompas)

Militer Jordania menutup daerah perbatasan dengan Suriah dan Irak menyusul serangan yang menewaskan enam tentaranya, Selasa (21/6).

Dua pekan sebelumnya, seorang bersenjata membunuh lima aparat intelijen Jordania di tempat pengungsian Palestina di bagian utara Amman, ibu kota Jordania. Meski belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas dua peristiwa ini, militer Jordania menduga Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sebagai pelakunya.

Jordania masuk dalam pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat, yang gencar menyerang basis NIIS. Militan NIIS juga pernah menangkap pilot Jordania, Maaz al-Kassasbeh, ketika pesawatnya jatuh di Suriah pada Desember 2014. Kassasbeh akhirnya dibakar hidup-hidup oleh kelompok militan itu.

Langkah menutup perbatasan dinilai merupakan cara terbaik mengurangi risiko serangan dari kelompok militan meskipun di daerah Rakban, Jordania, terdapat puluhan ribu pengungsi asal Suriah. "Penutupan ini tidak berpengaruh pada bantuan kemanusiaan," ujar Mohamed Momani, Menteri Informasi Jordania.

Sebagai anggota koalisi, Jordania sering menerima ancaman serangan dari kelompok militan NIIS. Namun, bom pada Selasa lalu membuat Raja Abdullah II geram dan bertekad membalasnya.

Jordania merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang tidak mengalami gejolak cukup berarti selama revolusi musim semi Arab. Kedekatan Raja Abdullah II dengan Barat dan Amerika Serikat, serta kepiawaiannya memainkan peran di kawasan, membuat kondisi politik dalam negeri Jordania lebih stabil dibandingkan negara lain di kawasan.

Seperti negara tetangga Suriah lain, Jordania tidak dapat sepenuhnya lepas dari elemen NIIS. Mereka masuk bersama pengungsi. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, Jordania telah memenjara ratusan simpatisan jihadist.

Dalam dua bulan terakhir ini, koalisi terus meningkatkan serangan terhadap basis-basis NIIS di Suriah dan Irak. Dua serangan terakhir dan penutupan perbatasan dengan Suriah dan Irak memberi sinyal bahwa NIIS berusaha menjadikan Jordania sebagai daerah pertempuran baru.

Meski demikian, sikap tegas Raja Abdullah II terhadap kelompok militan membuat kita optimistis perluasan itu tidak akan berhasil. Sebab, meluasnya daerah pertempuran paralel dengan meningkatnya jumlah pengungsi, yang sekarang saja sudah mencapai jutaan jiwa.

Kita berharap penutupan perbatasan dengan Suriah dan Irak tidak membuat Jordania menutup arus pengungsi ke wilayahnya. Kita juga tidak ingin melihat penderitaan dan bencana kemanusiaan lebih dalam terjadi di Irak dan Suriah.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Sikap Tegas Jordania".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger