Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 23 Juni 2016

TAJUK RENCANA: Membangun Tanpa Merusak (Kompas)

Harian Kompas mencatat, sepanjang tahun 2016 hingga tanggal 21 Juni lalu, sudah terjadi 28 kali bencana longsor dari Aceh hingga Papua.

Lebih separuh bencana tersebut terjadi di Jawa. Indonesia memang memiliki potensi bencana alam cukup besar sebagai negara kepulauan yang diapit dua samudra dan memiliki ratusan gunung api.

Indonesia juga dikelilingi lempengan bumi yang setiap saat bisa saling bertumbukan. Semua itu menjadi ancaman bencana bila kita tidak menggunakan akal dan budi untuk mengelola alam dengan bijaksana.

Ada bencana alam yang terjadi sepenuhnya karena kekuatan alam, seperti letusan gunung berapi, gempa tektonik, atau tsunami. Tetapi, ada juga bencana yang terjadi karena aktivitas manusia.

Peringatan tentang kemungkinan terjadi bencana pada tahun ini sudah dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Meteorologi serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Peringatan diberikan karena tahun ini kita mengalami musim kemarau basah yang artinya akan lebih banyak hujan dibandingkan dengan situasi normal, setelah tahun lalu kita mengalami kekeringan akibat fenomena iklim El Nino.

Namun, Jawa harus menjadi perhatian khusus. Sekitar 58 persen penduduk Indonesia tinggal di Jawa yang luasnya hanya 7 persen dari luas seluruh Indonesia.

Kepadatan penduduk yang tinggi di Jawa menimbulkan masalah lingkungan. Untuk bertahan hidup, banyak masyarakat terpaksa tinggal dan mencari hidup, terutama dengan bertani, di kawasan rawan bencana.

Infrastruktur yang baik di Jawa menjadikan pulau ini pusat pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan menyediakan pangan dan tempat tinggal berkejaran dengan pertumbuhan industri dalam mengambil lahan terbaik, termasuk bahan baku untuk industri ekstraktif, antara lain, semen.

Degradasi lingkungan di Jawa terasa ketika tiba musim hujan terjadi banjir serta longsor dan saat datang musim kemarau banyak daerah kesulitan air. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi bila hutan dan kawasan konservasi cukup luasnya dan dalam keadaan baik.

Pembangunan berwawasan lingkungan sering kita ucapkan. Konferensi internasional tentang pembangunan berwawasan lingkungan kerap dilaksanakan di Indonesia. Tetapi, kita belum konsisten melaksanakan karena mengejar pertumbuhan ekonomi.

Model pembangunan yang hanya mengeksploitasi alam tidak dapat dipertahankan. Kita dituntut dapat mengelola bencana melalui penguasaan teknologi dan tidak mendahulukan keinginan dari kebutuhan yang terbukti telah mengganggu keseimbangan alam.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Membangun Tanpa Merusak".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger