Pada 31 Mei 2016 anak saya mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di SMAN 38 Jakarta, ruang ujian di lantai 3. Jadwal ujian sesi 1 adalah Tes Kemampuan dan Potensi Akademik. Dimulai dengan mengisi biodata pukul 09.45 lalu ujian pukul 10.00-11.45. Namun, anak saya yang datang sebelum pukul 08.00 disuruh menunggu di lantai 1.
Pukul 09.47 barulah pagar penghalang menuju ruang ujian di lantai 2 dan 3 dibuka. Padahal, pukul 09.45 seharusnya mereka sudah mengisi biodata, menerima penjelasan tentang aturan ujian dan lembar jawaban.
Sehari sebelumnya anak saya sudah datang ke SMAN 38 untuk mengecek ruang ujian, tetapi tidak diizinkan karena masih dipakai dan nomor ujian belum ditempel. Pada hari-H anak masih harus mencari-cari ruang ujiannya.
Ruang ujian anak saya terpisah dari ruang lain, tidak ada kipas angin atau AC. Keterlambatan membuka pagar membuat semua proses mundur. Namun, setelah menunggu lama pengawas masih melarang siswa mengerjakan soal karena belum mendengar bunyi bel. Ternyata pengawas juga lalai tidak mengecek waktu, para siswa dibiarkan menunggu.
Sekitar pukul 10.40 pengawas lain berjalan ke ruang anak saya dan mengatakan sudah mengerjakan ujian sejak 30 menit lalu. Mendengar percakapan itu peserta ujian menjadi panik dan langsung mengerjakan soal. Belakangan saya tahu bahwa di depan ruang ujian anak saya tidak ada pelantang suara sehingga tidak terdengar suara bel. Beberapa siswa meminta perpanjangan waktu 30-40 sesuai waktu yang hilang, tetapi ditolak pengawas.
Saat istirahat, beberapa siswa berkeluh kesah kepada orangtua masing-masing, termasuk anak saya. Saya kecewa atas ketidakprofesionalan pengawas SBMPTN di SMAN 38. Saya segera menghubungi Dinas Pendidikan DKI, pihak panitia SBMPTN, dan SMAN 38. Awalnya panitia menolak keluhan saya, tetapi akhirnya panitia mengakui ada kelalaian setelah para siswa mengatakan bahwa mereka telat mengerjakan soal karena tidak diizinkan pengawas.
Belakangan saya baru tahu bahwa pada ujian sesi 2, yakni Tes Kemampuan Dasar Soshum, pengawas yang sama terlambat tiba di ruang ujian 15 menit. Sungguh suatu bencana besar buat anak-anak. Berbulan-bulan mereka belajar mati-matian agar dapat melanjutkan sekolah di universitas negeri, tetapi hak-hak mereka dirampas oleh orang-orang yang seharusnya mendukung mereka.
Mohon agar kelalaian dari panitia, pengawas, dan pihak sekolah tidak dibebankan kepada anak-anak dan saya harap ada penyelesaian dari masalah ini.
IKE FARIDA
Perum GD Asri, Pasar Rebo, Jakarta Timur
Tanggapan PT PLN
Menanggapi surat pembaca di Kompas(17/5) dengan judul "Sering Padam", kami mohon maaf atas padamnya listrik di Kalimati, Cengkareng, Jakarta Barat.
Kami telah menjelaskan kepada Bapak Reza Okta Irwanda sebagai pelapor bahwa padamnya aliran listrik karena ada pemeliharaan jaringan tenaga listrik.
Pekerjaan pemeliharaan jaringan tenaga listrik ini akan berlangsung sampai Agustus 2016. Namun, kami berusaha meminimalisasi frekuensi dan durasi padam, serta akan menginformasikan kepada pelanggan agar bisa mengantisipasi.
ARIES DWIANTO
Manajer Komunikasi, Hukum, dan Administrasi, PT PLN Distribusi Jakarta Raya
Telantar di Singapura
Sebagai konsumen kami sangat kecewa dan dirugikan material maupun nonmaterial oleh maskapai Lion Air di Singapura.
Kondisi istri saya yang hamil 28 minggu baru dipermasalahkan oleh petugas Lion Air di gate akhir menuju pesawat. Meskipun kami sudah menunjukkan surat kontrol dokter kandungan di Bekasi, dua hari sebelum berangkat ke Singapura (7/5/2016), pihak Lion Air tetap membatalkan keberangkatan. Bukan hanya istri saya, tetapi juga saya dan anak yang tidak hamil dari Singapura menuju Jakarta, Rabu (11/5/ 2016) pukul 17.15.
Meskipun surat keterangan aman untuk terbang sudah diperoleh dan malam itu masih ada penerbangan Lion Air ke Jakarta, kami tetap dipaksa untuk membeli dan membayar sendiri tiket baru untuk keesokan harinya.
Petugas Lion Air di Singapura bolak-balik mengatakan, tidak ada perwakilan Lion Air di Singapura dan mereka berasal dari perusahaan berbeda. Karena itu, komplain harus disampaikan di Indonesia. Tanpa kompensasi apa pun semalaman kami telantar di bandara Singapura.
TH SITORUS
Duren Sawit, Jakarta Timur

Tidak ada komentar:
Posting Komentar