Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 05 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Tragedi di Pengujung Bulan Puasa (Kompas)

Serangan bom di Banglades yang menewaskan 20 orang dan di Irak dengan korban jiwa 91 orang sungguh suatu tragedi kemanusiaan tak terperi.

Inilah tragedi di pengujung bulan puasa. Pikiran apa yang ada dalam otak dan hati para pelaku pengeboman dan perencana pengeboman itu. Tidak ada satu pun alasan, dari sudut apa pun, dari pertimbangan apa pun, apalagi dari pertimbangan agama yang bisa membenarkan tindakan yang tidak mengenal perikemanusiaan itu.

Serangan bom di Banglades terjadi pada Minggu, menyasar sebuah kafe di Dhaka, yang dilakukan kelompok militan. Para penyerang adalah anggota kelompok militan lokal, Jamaa-ut-Mujahideen Banglades (JMB). Sementara pengeboman di Baghdad diklaim oleh gerombolan bersenjata yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).

Apa yang dipikirkan oleh kelompok tersebut, oleh para pelaku penyerangan dengan bom, para pengebom? Balas dendam? Membunuh orang-orang yang tidak sejalan? Membunuh musuh-musuh mereka? Apa salah para korban baik di Banglades terhadap JMB maupun di Irak terhadap NIIS? Korban tewas di Banglades mayoritas warga asing. Di Irak, anak-anak dan perempuan juga jadi korban.

Mengajukan pertanyaan seperti tersebut di atas sebenarnya mubazir, tidak ada gunanya. Akan tetapi, gugatan seperti itu tetap harus dikemukakan karena kita adalah manusia berbudi dan berpikiran, manusia berkeadaban, manusia yang memiliki hati nurani, manusia yang memiliki pikiran, bukan robot yang tidak memiliki hati.

Dari dua peristiwa di atas, jelas kiranya bahwa agama telah digunakan untuk menghadapi masalah-masalah sekuler. Meski kita sepakat bahwa konflik yang terjadi di Banglades dan juga di Irak bukanlah masalah agama. Tetapi yang jelas, konflik tersebut telah menimbulkan masalah kemanusiaan karena banyak warga sipil yang terbunuh dan sebagian dari mereka anak-anak dan perempuan.

Dengan kompleksitas seperti ini, memang tidak mudah mencari penyelesaian. Akan tetapi, sesulit apa pun cara penyelesaian, tetaplah harus dicari. Di Irak, tidak bisa penyelesaian masalah Irak diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan rakyat Irak. Dalam arti, dukungan masyarakat internasional sangat diperlukan. Apalagi, kondisi Irak sekarang ini tidak lepas dari tindakan internasional, dipimpin AS menginvasi Irak untuk menyingkirkan Saddam Hussein pada tahun 2003.

Negara-negara dunia pencinta damai harus mendukung Irak menghadapi dan menghancurkan NIIS yang kini telah melebarkan sayap kekacauannya—tidak hanya di Suriah dan Irak—tetapi ke banyak negara, termasuk ke Eropa. Jika aksi mereka tidak dihadapi dan dihancurkan, bukan tidak mustahil akan masuk ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Tragedi di Pengujung Bulan Puasa".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger