Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 09 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Tragedi Serangan Bom di Mana-mana (Kompas)

Kita tidak habis mengerti mengapa terjadi serangan bom di berbagai wilayah pada akhir bulan Ramadhan dan awal Lebaran. Mengapa?

Dari Istanbul (Turki) hingga Madinah (Arab Saudi); dari Baghdad (Irak) hingga Dhaka (Banglades) terjadi serangan bom. Serangan bom juga terjadi di Rukban, Jordania; Mukalla, Yaman; dan al-Qaa, Lebanon. Bahkan, di Solo, Indonesia, pun terjadi serangan bom bunuh diri.

Adakah semua peristiwa itu ada kaitannya? Tentu pertanyaan tersebut yang muncul. Namun, sebelum pertanyaan itu diajukan, sudah ada pertanyaan lain yang mengemuka: Mengapa orang begitu tega menyerang orang lain, pihak lain sehingga menyebabkan kematian bagi para korban? Apa yang mereka cari dengan membunuh orang lain? Kepuasan? Kepuasan apa? Kepuasan menyaksikan orang lain menderita?

Mengapa mereka melakukan serangan bom bunuh diri? Apa yang mereka cari? Apa yang membuat orang rela mengorbankan nyawa agar dapat membunuh orang lain? Mengapa hal itu dilakukan? Apakah itu demi imbalan materi atau uang? Apakah dilakukan berdasarkan sebuah keyakinan atau atas nama perjuangan? Tak mudah menjawab rangkaian pertanyaan itu.

Kematian menjadi tujuan utama dari tindakan bunuh diri dan bukan hanya merupakan konsekuensi yang hampir pasti. Karena itu, peledakan bom bunuh diri lebih dipandang sebagai peledakan bom ketimbang bunuh diri. Itulah sebabnya, ada yang berkeyakinan bahwa aksi bom bunuh diri adalah kematian suci.

Ada banyak alasan mengapa seseorang memutuskan jadi pelaku peledakan bom bunuh diri: bisa karena alasan agama, politik, kekecewaan mendalam, kebencian yang teramat sangat, rasa malu, balas dendam, nasionalisme etnik, masalah ekonomi, dan juga karena alasan keuangan. Setiap faktor itu dapat memainkan peran, tergantung pada kultur kelompok dan apa yang diharapkan dari kultur itu.

Akan tetapi, apa pun alasan dan latar belakang tindakan itu kalau tindakan tersebut menyebabkan orang lain menderita, bahkan kehilangan nyawanya, tetap tidak bisa dibenarkan. Itulah yang tidak bisa kita pahami. Kita juga tidak bisa memahami mengapa kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah, yang mengklaim sebagai pelaku serangkaian serangan bom itu, melakukan tindakan tak berperikemanusiaan itu. Apakah tindakan itu dilakukan karena posisi mereka di Irak dan Suriah sudah terdesak, dan lantas menempuh cara lain untuk menunjukkan bahwa mereka tetap eksis?

Serangkaian serangan bom tersebut semestinya semakin meningkatkan upaya negara-negara pencinta damai, termasuk Indonesia, untuk bersatu dan bertindak tegas mengatasi kelompok yang hanya bertujuan mengacaukan perdamaian dan menimbulkan bencana kemanusiaan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Tragedi Serangan Bom di Mana-mana".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger