Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 23 Agustus 2016

Hari Kemanusiaan Sedunia 2016 (DOUGLAS BRODERICK)

Hari ini kita menyaksikan penderitaan manusia pada skala yang belum pernah terjadi sejak akhir Perang Dunia Kedua. Lebih dari 130 juta orang di seluruh dunia membutuhkan bantuan kemanusiaan. Jika dikumpulkan, mereka dapat membentuk negara berpenduduk terpadat kesepuluh di dunia.

Dalam nuansa mengejutkan dan menyedihkan seperti inilah kita memperingati Hari Kemanusiaan Dunia tahun ini, dengan menyerukan solidaritas global dan berdiri bersama dengan semua orang yang terkena dampak krisis. Pada hari ini kita harus bersatu dalam "satu kemanusiaan" dengan mereka yang terdampak konflik dan bencana di seluruh dunia, sementara menghargai kerja keras dan dedikasi  para pekerja kemanusiaan di negeri ini, di kawasan ini, dan di seluruh dunia yang meringankan penderitaan di mana pun dan kapan pun ditemukan.

Di tataran politik, ada yang harus lebih banyak dilakukan untuk mengidentifikasi upaya mengakhiri konflik dan menghentikan kejadian konflik yang baru saja terjadi.

Risiko rawan bencana 

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia. Dalam sepuluh tahun terakhir ada 11.274 kejadian bencana yang melanda negeri ini, dengan 193.240 korban dan Rp 420 triliun kerugian ekonomi selama periode yang sama.

Setiap tahun ribuan orang, laki-laki dan perempuan pemberani dari masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan pekerja masyarakat sipil  tanpa lelah membawa bantuan kemanusiaan penyelamatan jiwa kepada mereka yang membutuhkan, sering kali dengan risiko fatal bagi diri mereka sendiri.

Tentara Indonesia di luar negeri melayani operasi pemeliharaan perdamaian dan warga negara Indonesia bekerja untuk badan-badan PBB dan organisasi nonpemerintah, mendukung upaya pemberian bantuan kepada orang yang membutuhkan.

Baik di Indonesia maupun di negara lain, mereka yang berada di lapangan amatlah penting dalam menyelamatkan nyawa dan memberikan dukungan, termasuk menyelamatkan orang-orang yang terkena bencana: menyelamatkan dari reruntuhan bangunan, menyediakan makanan, memberikan tempat berlindung dan air bersih, serta mendirikan klinik dan ruang kelas sementara.

Perubahan penanganan

Perubahan signifikan dalam upaya penanganan bencana alam di Indonesia telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir ini. Kerangka dan lembaga-lembaga hukum telah terbangun untuk mengelola dampak bencana dan sistem telah dibentuk untuk lebih mengantisipasi risiko.

Sistem lokal dan nasional yang sekarang telah mampu memimpin dan mengelola respons, yang dapat diperkuat oleh mitra kemanusiaan regional dan internasional jika diperlukan. Dalam konteks ini, masyarakat internasional dapat mendukung upaya nasional dalam pemberian bantuan pada skala dan kecepatan yang dibutuhkan, dengan mengadakan kursus keahlian teknis tertentu atau pembelajaran dari skenario respons di negara lain untuk meningkatkan kualitas dukungan dan bantuan.

Pendekatan "se-lokal mungkin; se-internasional mungkin ketika diperlukan" adalah salah satu yang disuarakan dengan lantang, termasuk dalam pernyataan yang disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, dalam Pertemuan Puncak Kemanusiaan yang pertama kali diadakan tahun ini pada Mei di Istanbul, Turki.

Untuk menjadikan hal tersebut menjadi kenyataan di semua wilayah di dunia, dinyatakan komitmen yang kuat untuk mendukung sistem respons nasional dan lokal, termasuk memberikan lebih banyak dukungan dan peranti pendanaan bagi pelaku penanganan bencana di tingkat lokal dan nasional yang berada di garis depan aksi kemanusiaan termasuk pemerintah, masyarakat, serta Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Tanggap bencana

Dukungan dimaksudkan untuk membantu mempersiapkan dan menanggapi bencana dan krisis, terutama masyarakat rentan. Dengan demikian, pada 2020 setidaknya 25 persen pendanaan kemanusiaan disediakan untuk pelaku penanganan bencana lokal dan nasional. Sedapat mungkin semua dilakukan secara langsung.

Secara global ada banyak hal yang dapat dipelajari dari pengalaman para pelaku penanganan bencana lokal di kawasan kita. Dalam konteks ini investasi besar telah ditanamkan dan upaya telah dilakukan untuk memastikan negara-negara di kawasan ini siap siaga menghadapi bencana dan memperkuat kemampuan daya lenting setelah bencana.

PBB melanjutkan dukungannya untuk siap membantu upaya nasional dalam hal kesiapsiagaan dan kesiapan respons terhadap bencana ketika diperlukan.  Namun, kita semua sadar bahwa sebaik apa pun upaya kita, bencana masih akan terjadi. Dan kita semua harus siap menanggapi.

Di Indonesia, upaya penanganan bencana dilakukan dengan pendekatan "seluruh komponen masyarakat" baik pemerintah, lembaga usaha, masyarakat sipil, maupun mereka yang terdampak. Banyak pelajaran yang telah dipelajari dan praktik terbaik yang dikembangkan.

PBB telah bekerja sama dengan Indonesia dalam masa-masa sulit dan siap mendukung kegiatan kemanusiaan untuk kemajuan negeri ini, termasuk dalam upaya bangsa untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana dan krisis di dalam negeri dan di negara lain.

 DOUGLAS BRODERICK

Kepala Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Koordinator Urusan Kemanusiaan PBB di Indonesia

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Agustus 2016, di halaman 7 dengan judul "Hari Kemanusiaan Sedunia 2016".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger