Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 16 Agustus 2016

Menghargai Merah Putih (JENDERAL (TNI) MULYONO)

Menjelang peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI seperti sekarang ini, ingatan masyarakat Indonesia biasanya akan lebih banyak diisi perebutan kemerdekaan, yang kemudian diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Walaupun telah berlangsung 71 tahun lalu, momentum peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan selalu memberi nuansa kebatinan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang seolah- olah membawa kembali ke masa- masa ketika para pemuda pejuang berkumpul di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta. Mereka memproklamasikan kemerdekaan negara baru bernama Indonesia, dan mengibarkan bendera Merah Putih yang menjadi salah satu simbol atau tanda sebuah negara merdeka.

Bendera pusaka Merah Putih yang dijahit tangan Ibu Fatmawati, dan dikibarkan secara patriotik oleh Latief Hendraningrat bersama Soehoed Sastro Koesoemo di kediaman Ir Soekarno adalah simbol utama yang menandai lahirnya sebuah negara yang merdeka setelah 350 tahun berada dalam cengkeraman kolonialisme. Semua yang hadir pada saat itu terlihat sangat emosional, campur aduk perasaan antara terharu dan bangga, karena telah berhasil mengibarkan simbol negara sehingga dunia mengetahui bahwa sebuah negara bernama Indonesia telah lahir.

Walaupun hanya terdiri atas dua warna, merah dan putih, dalam struktur yang sangat sederhana, tapi simbol negara kita sejatinya memiliki makna historis dan filosofis yang sangat kuat. Secara historis, bendera Merah Putih telah digunakan sejak era kejayaan Kerajaan Majapahit, dan secara filosofis warna merah memiliki makna keberanian mengalirkan darah dan mengorbankan jiwa raga. Sementara warna putih melambangkan kesucian hati dan ketulusan jiwa demi kemerdekaan.

Memasuki bulan Agustus, seluruh pelosok negeri ini mulai dipenuhi dengan warna merah dan putih dalam berbagai bentuk. Semua itu dilakukan untuk mewakili kebanggaan masyarakat Indonesia akan simbol negara yang dulunya diperjuangkan, direbut, dan dipertahankan dengan darah dan air mata. Jika pada saat kemerdekaan diproklamasikan, hanya ada satu bendera Merah Putih yang dikibarkan, maka pada setiap tahun peringatannya, hampir seluruh sudut negeri ini dipenuhi dengan warna itu.

Euforia, yang biasanya hanya berlangsung sesaat, ini seolah- olah menggambarkan bahwa kebanggaan akan "keindonesiaan" atau nasionalisme masyarakat Indonesia makin menguat. Padahal, apabila kita cermati, ada keprihatinan yang amat mendalam terhadap "kemerahan" (keberanian) semangat dan "keputihan" (kesucian) niat dalam menghargai simbol negara di negeri ini.

Kesadaran bernegara

Mari kita lihat realitas di lingkungan kita dan melakukan penilaian secara jujur dan jernih. Relatif jarang rumah masyarakat, baik di kampung-kampung maupun di perumahan modern, yang menyediakan tiang bendera yang pantas untuk mengibarkan simbol negara itu pada momentum hari- hari besar nasional.

Bendera Merah Putih sebagai simbol negara yang direbut dan diperjuangkan dengan darah dan air mata oleh para pejuang banyak dipasang ala kadarnya. Sering kali ditemukan bendera yang dikibarkan itu warnanya memudar dan lusuh jadi warna merah muda dan putih kecoklat-coklatan, atau bahkan sudah robek kainnya seolah tak ada harganya. Jika kembali melihat sejarah, perlakuan ini tak mencerminkan suatu penghargaan atas Merah Putih yang melambangkan "Indonesia telah merdeka".

Selain itu, masih ditemukan beberapa perumahan-bahkan perkantoran-yang mengibarkan bendera dengan cara yang kurang pantas. Tiang bendera yang menjadi lambang kewibawaan berkibarnya sang Merah Putih di langit Nusantara seharusnya dipasang berdiri tegak dan kokoh, tapi masih banyak yang menggunakan bambu atau tiang kayu bengkok serta terpasang bergelayut hendak roboh.

Beberapa pemasangan bendera Merah Putih secara individual lebih banyak dilakukan karena "diperintah" oleh aparat desa atau karena sungkan dengan tetangga, tanpa didasari oleh kesadaran untuk menghormati negara ini dari dalam lubuk sanubari. Apabila dalam momentum peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan saja kondisinya seperti itu, rasanya sangat sulit berharap munculnya kesadaran menghormati bendera Merah Putih setiap waktu.

Marilah kita tinjau beberapa negara maju yang sering kali dianggap sangat menjunjung tinggi kebebasan, tetapi ternyata warga negaranya masih begitu patriotis dan sangat menghargai bendera negaranya. Di Amerika Serikat, yang selama ini dianggap sebagai penjuru depan demokrasi yang mengedepankan kebebasan, hampir tidak pernah ditemukan bendera negara yang sudah lusuh masih berkibar, baik di perumahan maupun perkantoran.

Masyarakatnya yang sangat individualis pun pasti akan melakukan penghormatan saat lagu kebangsaannya dinyanyikan atau bendera negaranya dikibarkan. Bahkan, bendera AS atau produk negaranya, dalam berbagai bentuk selalu muncul walau hanya sekilas dalam setiap film produksi Hollywood.

Contoh lain adalah bagaimana masyarakat Jepang setiap jam tertentu pada pagi hari menghentikan aktivitasnya sejenak dan menghadap ke arah matahari terbit untuk menghormati simbol negaranya. Hal-hal seperti itu yang cenderung makin menghilang dari kehidupan masyarakat Indonesia, yang sering kali mengklaim dirinya sangat menjunjung nilai-nilai luhur bangsanya.

Oleh karena itu, melalui momen peringatan 71 tahun kemerdekaan pada 17 Agustus 2016, marilah sebagai anak bangsa kita mereformasi diri dengan lebih menghargai dan menghormati bendera negara yang sudah diperebutkan dengan cucuran darah dan air mata para pejuang dan pahlawan kusuma bangsa. Khususnya bagi prajurit TNI AD, kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan menjadikan dirinya sebagai pelopor dan memberi contoh kepada masyarakat, khususnya tentang bagaimana membangkitkan kembali rasa nasionalisme serta kecintaan kepada Tanah Air dengan cara menempatkan sang Merah Putih yang lebih pantas dan terhormat.

MULYONO

Kepala Staf TNI AD

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Menghargai Merah Putih".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger