Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 27 Agustus 2016

Perayaan Kemerdekaan//Tanda Tangan//Macet di Gerbang Tol Karang Tengah (Surat Pembaca Kompas)

Perayaan Kemerdekaan

Saat mengikuti upacara peringatan Hari Kemerdekaan Ke-71 Indonesia di televisi, ingatanku melayang pada perayaan Hari Kemerdekaan Ke-5 Indonesia di Jakarta, tahun 1950. Itulah kali pertama Hari Kemerdekaan dirayakan di Istana Merdeka, Jalan Merdeka Utara.

Sesudah penyerahan kedaulatan Kerajaan Belanda ke Indonesia, akhir tahun 1949, Soekarno sebagai Presiden menempati Istana yang sudah dinamai Istana Merdeka. Maka perayaan yang berlangsung di Istana Merdeka kala itu menjadi momen historis yang sangat signifikan.

Istana yang semula ditakuti karena ditinggali Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Belanda, simbol kekuasaan penjajah, berubah menjadi istana rakyat, simbol kedaulatan negara Indonesia yang keberadaannya diakui dunia.

Upacara itu menunjukkan bahwa Indonesia sudah benar-benar merdeka, bebas dari penjajahan. Perang kemerdekaan atau revolusi fisik telah usai. Maka dalam situasi kebahagiaan yang meluap-luap itulah peringatan Hari Kemedekaan 17 Agustus 1950 dirayakan di Istana Merdeka.

Halaman Istana terbuka untuk umum dan rakyat berduyun-duyun memasuki halaman Istana. Jalan Merdeka Utara dan juga bagian utara Lapangan Merdeka (kini Lapangan Monumen Nasional) penuh dengan manusia.

Aku berhasil sampai ke semacam pedestal di ujung timur serambi Istana. Bung Karno berdiri berpidato di atas pedestal itu. Aku mencoba menjamah sepatutnya, tetapi tanganku tak sampai. Bahwa aku berdiri dekat sekali dengan Bung Karno merupakan kebahagiaan tersendiri. Aku dapat melihat presidenku dari dekat.

Bung Karno mengatakan bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas menuju Indonesia sejahtera, makmur, dan sentosa. Rakyat gegap gempita menyambut pidatonya yang berapi-api. Hampir setiap kalimat disambut dengan tepuk tangan yang menggelegar dan yel-yel: "Hidup Bung Karno!", "Hidup Indonesia Merdeka!"

Aku sangat bersyukur dan bahagia bisa ikut menjadi saksi sejarah, saksi upacara perayaan Hari Kemerdekaan pertama di Istana Merdeka. Semoga kita bisa mewujudkan Indonesia yang sejahtera, makmur, dan sentosa.

MIKA TOBING

Jalan Cumi-cumi, Pulogadung, Jakarta Timur

Tanda Tangan

Menanggapi surat di Kompas (15/4) "Beda Tanda Tangan" yang disampaikan oleh Ibu Jap Leliana Yakop, perkenankan kami menyampaikan terima kasih atas perhatian dan kepercayaan yang telah diberikan kepada PT Bank Central Asia Tbk.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dapat kami informasikan bahwa petugas dari BCA telah memberikan penjelasan dan menyelesaikan permasalahan pada 3 Juni 2016. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

DWI NARINI

Senior Manager PT Bank Central Asia Tbk Subdivisi Komunikasi Korporasi Biro Hubungan Masyarakat

Macet di Gerbang Tol Karang Tengah

Hampir setiap hari saya lewat Jalan Tol Jakarta-Tangerang. Antrean parah menjelang Gerbang Tol Karang Tengah yang mengarah Jakarta dan Tangerang tidak terelakkan. Antrean di sini tidak mengenal jam berangkat ataupun pulang kerja.

Imbas kemacetan itu adalah antrean di Gerbang Tol Karang Tengah yang mengarah ke Jakarta, memanjang mulai dari kawasan sekitar Alam Sutera, sedangkan antrean menuju arah Tangerang sudah dimulai sejak daerah Kembangan, Jakarta Barat. Keadaan makin parah saat jam berangkat dan pulang kerja.

Sudah bertahun-tahun keadaan itu terjadi dan seolah tidak ada solusi dari PT Jasa Marga (Persero) selaku pengelola Jalan Tol Jakarta-Tangerang.

Salah satu penyebab adalah penempatan gardu tol otomatis (GTO) di tengah-tengah, di antara gardu pembayaran manual, sehingga membingungkan pengguna jalan tol. Dampaknya adalah banyak kendaraan yang tidak memiliki kartu masuk GTO, berpindah jalur untuk menggunakan gardu pembayaran manual.

Salah satu solusi adalah mengganti Gerbang Tol Karang Tengah dengan sistem ambil kartu di pintu masuk dan pembayaran saat keluar tol.

RHANDI SEETO WIGUNA

Poris Indah, Cipondoh, Kota Tangerang

Telepon Rusak

Melalui surat pembaca ini, kami meminta PT Telkom untuk segera memberikan layanan kepada pelanggan yang membutuhkan.

Saat ini telepon kami dengan nomor 021-3803531 atas nama PT Bangun Suara Inti, sejak 27 Juli—berarti sudah sebulan—tidak berfungsi sama sekali.

Kami sudah berkali-kali mencoba menghubungi ke nomor gangguan 08001835566 dengan resi laporan IN 6458195 agar segera diperbaiki, tetapi tidak ada tidak lanjut. Padahal, sebagai pelanggan kami merasa sangat dirugikan. Jawabannya selalu masih dalam proses perbaikan.

Semoga dengan surat pembaca ini PT Telkom dapat segera bertindak. Terima kasih.

ENI LISTYAWATI

Jalan Kesehatan Raya, Jakarta 10160

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Agustus 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger