Adanya jaringan itu terungkap dari penangkapan terduga teroris dari Katibah Gonggong Rebus di Batam, Kepulauan Riau. Pada hari Jumat (5/8), Tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri menangkap enam terduga teroris yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Salah satu di antaranya, GRD (31), yang merupakan pemimpin kelompok itu, memiliki keterkaitan dengan Bahrun Naim, salah seorang pemimpin sayap NIIS dari Indonesia.
Bahrun Naim, sejak tahun 2014, berada di Suriah. Walaupun berada di Suriah, Bahrun Naim tetap intens berkomunikasi dengan GRD. Polri menduga dengan kepergian Bahrun Naim, ada orang lain yang membantu GRD. Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan, GRD juga memiliki kaitan dengan Nur Rochman, pelaku bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Surakarta, 5 Juli menjelang Lebaran lalu.
Kita gembira bahwa Tim Densus 88 Anti Teror Polri berhasil menangkap keenam terduga teroris itu di Batam. Apalagi, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Agus Rianto di Markas Besar Polri mengatakan, keenam terduga teroris itu berniat melakukan serangan teror ke Singapura dari Batam.
Katibah Gonggong Rebus selama ini membantu ratusan warga Indonesia menuju Suriah, dan juga berperan dalam memasukkan teroris asing ke Indonesia, contohnya dua orang beretnis Uighur. Satu orang dideportasi karena masalah administrasi, dan satu orang lagi ditangkap bersama Arif Hidayatullah, alias Abu Musab, akhir Desember 2015. Saat itu, Abu Musab berencana menjadi pelaku bom bunuh diri di Jakarta, akhir tahun 2015.
Bagaimanapun, kita tidak dapat membiarkan kelompok mana pun menggunakan wilayah Indonesia untuk melakukan kegiatan terorisme di dalam negeri, maupun di luar negeri, khususnya di negara-negara tetangga, termasuk Singapura.
Dalam kaitan itulah kita sangat berharap Tim Densus 88 Anti Teror Polri, dan juga Polri secara keseluruhan, menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya agar tidak saja dapat mencegah wilayah Indonesia digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme, tetapi juga mengamankan dirinya sendiri dari serangan teroris. Akhir-akhir ini, ada indikasi bahwa aparat Polri menjadi target dari serangan teroris karena dianggap menghalangi tujuan yang ingin mereka capai.
Kita tahu bahwa itu bukanlah tugas yang mudah, yang bahkan tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh Polri sendiri. Diperlukan kerja sama dari semua pihak, bukan hanya semua institusi keamanan, melainkan juga segenap masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar