Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 25 Agustus 2016

TAJUK RENCANA: Malangnya Anak di Amerika Tengah (Kompas)

Perang, tirani, kekerasan, kemiskinan telah memaksa jutaan orang di dunia lari dari negaranya untuk mencari tempat berlindung.

Mereka meninggalkan harta dan mengambil risiko kehilangan nyawa untuk menyelamatkan keluarga. Jika jutaan warga Suriah mencoba mencapai tanah harapan di Eropa, jutaan anak di Honduras, Guatemala, dan El Salvador mencari tempat berlindung ke Amerika Serikat dan Meksiko. Jika ribuan pengungsi Suriah tewas di laut sebelum mencapai Eropa, kekejaman juga menghadang anak-anak Amerika Tengah.

Ribuan anak menempuh perjalanan panjang yang berbahaya tanpa didampingi orangtua ataupun sosok dewasa (unaccompanied minors). Mereka lari bukan karena menyelamatkan diri dari perang, melainkan karena pemerintahnya tak mampu melawan kekerasan kelompok bersenjata yang menindas dan merampok penduduk tanpa kenal ampun.

Rumah dijarah, perusahaan diperas, ladang-ladang diserobot, gadis-gadis diperkosa, anak-anak laki-laki dijadikan kaki tangan untuk perdagangan narkoba. Ketika negara tak mampu memberi perlindungan, mereka pun mencari perlindungan di negara lain.

Dalam lima tahun terakhir, ada sekitar 1 juta migran dari ketiga negara itu yang mengungsi ke perbatasan Meksiko- AS. Sebanyak 800.000 sudah dideportasi, 40.000 di antaranya anak-anak. Namun, jumlah anak yang mengungsi sendirian terus membanjir. Tahun 2014 mencapai 44.500 anak dan semester pertama 2016 tercatat 26.000 anak.

Menurut laporan Unicef, sebagian besar anak-anak itu telah dideportasi ke negaranya. Kebanyakan "dicegat" di Meksiko dan langsung dipulangkan ke negara asal. Sementara yang "berhasil" masuk ke wilayah AS ditangkap dan disidangkan. Sebagian besar juga dideportasi. Persoalannya, nasib yang lebih buruk menanti mereka yang dipulangkan ini.

Begitu banyak kisah memilukan yang telah diungkap oleh media. Anak-anak perempuan dijadikan budak seks oleh kelompok bersenjata atau dipekerjakan di kompleks pelacuran. Amnesty International melaporkan 6 di antara 10 perempuan remaja yang ingin menyeberang ke AS mengalami kekerasan seksual dalam perjalanan. Tak sedikit yang dibunuh atau tewas kecapaian di tengah gurun.

Beberapa hari lalu dunia terguncang oleh video bocah cilik Suriah, Omran Daqneesh (5), yang diselamatkan setelah terkubur dalam reruntuhan rumahnya akibat serangan udara. Omran yang wajahnya berlumuran darah terduduk diam, tak menangis, pandangannya kosong.

Wajah Omran adalah wajah anak-anak Suriah, Guatemala, El Salvador, atau di mana pun wilayah yang kini didera perang dan kekerasan. Mereka tak punya pilihan, kecuali harus menerima deraan kemalangan demi kemalangan. Akankah dunia menutup mata? Adakah yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan mereka?

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Malangnya Anak di Amerika Tengah".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger