Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 29 September 2016

Mengapa Trump Imbangi Hillary (WIMAR WITOELAR)

Pada 6 November 2016, lebih dari 100 juta pemilih di Amerika Serikat akan menentukan presiden mereka untuk empat tahun berikutnya. Saat ini, polling menunjukkan kecenderungan berimbang antara calon Partai Republik, Donald Trump, dan calon Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Sungguh aneh keadaan berimbang ini, padahal perbedaan keduanya begitu mencolok, sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam sejarah pemilihan presiden modern.

Donald Trump adalah pengusaha besar yang belum pernah memegang jabatan publik. Ia bicara terus terang, tak malu menjadi awam politik dan minim pengetahuan. Trump sangat terkenal sebagai orang kaya dan selebritas yang punya acara populer "Reality TV", juga mensponsori kontes kecantikan dunia.

Ia sering mengucap kalimat yang jarang terdengar dalam politik santun, seperti rencana melarang Muslim masuk wilayah AS untuk mewaspadai terorisme, akan mengusir imigran yang tidak lengkap suratnya, khususnya dari Meksiko, dan membangun tembok tinggi di perbatasan dengan Meksiko. Sikapnya meremehkan minoritas hitam dan Latin, juga perempuan, yang membuatnya tidak didukung warga yang menjunjung tinggi pluralisme dan demokrasi di AS.

Sebaliknya, Hillary Clinton sebagai calon Partai Demokrat punya kualifikasi yang bertolak belakang: berpengalaman dalam pemerintahan dan publik. Ia senator dari Negara Bagian New York dan sebelumnya menjadi Menteri Luar Negeri, jabatan yang dianggap nomor dua setelah Presiden Barack Obama.

Hillary sudah menjadi bakal calon Presiden tahun 2008 sampai ia dikalahkan Obama dalam konvensi Partai Demokrat. Pengalaman tidak langsung sebagai tokoh publik dibangun sebagai Ibu Negara, istri Presiden Bill Clinton tahun 1992-2000. Hillary sangat mendukung kaum hitam dan minoritas lain.

Perbedaan mendasar

Perbedaan di antara kedua calon presiden terlihat juga dalam agenda lingkungan. Hillary dan Obama sangat mendukung mitigasi perubahan iklim melalui forum PBB dan LSM internasional. Sebaliknya, Trump tidak percaya pada bahaya perubahan iklim dan menganggap perjuangan melawan pemanasan global hanya membatasi bisnis berkembang. Sikap Trump yang mengecilkan ilmu membuatnya tidak didukung warga AS berpendidikan.

Berarti Hillary menguasai dukungan orang terpelajar dan orang hitam, dua kelompok kekuatan yang sering disebut Koalisi Obama saat mengalahkan dua calon presiden terakhir, John McCain (2008) dan Mitt Romney (2012).

Polling pemilih menunjukkan gejala yang sangat cair. Banyak sekali polling yang dilakukan dengan berbagai metode, tetapi secara pukul rata sekarang Trump memimpin sampai 4 persen, sering dengan beda dalam margin of error. Keadaan ini terbalik dari posisi Hillary setelah konvensi kedua partai Juli 2016.

Waktu itu, Hillary melompat dari posisi di bawah Trump sampai memimpin 7-13 persen. Trump mengambil kembali kepemimpinan setelah Hillary kalah dalam liputan media terhadap pernyataannya yang dianggap melecehkan pendukung Trump (menyebut deplorable) dan terserang pneumonia ringan. Bisa dikatakan, Hillary banyak melakukan unforced errors yang menguntungkan lawan walaupun Trump juga banyak mengecewakan. Kedua calon presiden AS sekarang termasuk yang tidak populer di kalangan pemilih.

Ketidaksukaan orang pada Trump disebabkan oleh sikapnya yang eksklusif dan berubah- ubah, juga kebohongannya selama kampanye. Jaringan televisi NBC pernah menerbitkan daftar 117 kebohongan dan pemutarbalikan posisi sejak ia mulai kampanye Juni 2016. Daftarnya luas dengan isu terkenal yang telah disebut di atas dan janji akan mendeportasi 11 juta imigran yang sudah lama tinggal di AS, pajak dan kebijaksanaan ekonomi, posisi aborsi yang berbalik tiga kali dalam sehari, dan menuduh Obama bukan kelahiran AS.

Sebaliknya, kejujuran Hillary diragukan pada penggunaan server pribadi untuk urusan dinas selama menjadi Menlu, kerancuan antara Clinton Foundation dan urusan negara, serta kesehatan pribadinya. Ketidakjujuran ini tidak spektakuler seperti akrobatik logika Donald Trump, tetapi kenapa Trump dukungan yang seimbang?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus rajin mengikuti pengamat politik di AS, di mana demokrasi memberi tempat pada semua orang yang bisa mencuri perhatian publik. Penjelasan yang paling bisa diterima adalah bahwa medan komunikasi sekarang jauh berbeda dari pemilihan sebelumnya. Namun, yang tidak berubah adalah bahwa politik demokratis ditentukan oleh akses informasi, baik calon maupun pemilih.

Menguasai panggung

Artinya, orang yang bisa menguasai panggung mendapat perhatian publik. Berbeda dengan panggung politik dulu yang hanya dilihat pemerhati politik, panggung politik Pilpres AS 2016 bisa diakses semua orang. Audiens politik AS 2016 lebih luas dari pengamat politik.

Donald Trump sangat dikenal oleh penonton TV, serupa dengan Kim Kardashian dan keluarga, ketenaran mereka lebih ditentukan daya tarik TV dan media sosial. Trump menggunakan Twitter sebagai panggung ekspresi, cukup 140 karakter.

Karena ucapan Trump itu asyik didengar, lepas dari setuju atau tidaknya kita, maka dia mudah sekali mendapat liputan TV. Dia hampir tidak mengeluarkan uang untuk liputan TV atau iklan.Isi ucapannya membingungkan dan tidak masuk akal, orang tidak ambil pusing. Kalau salah mudah diralat dalam kesempatan tampil berikutnya. Bahkan, media bersaing meliput Trump untuk ucapan dan koreksinya.

Siapa punya panggung, dia yang menang. Makin keras volume suara, makin banyak didengar. Itulah dasar kekuatan Donald Trump. Sebaliknya, Hillary Clinton adalah orang serius generasi lalu. Ia mengandalkan rekam jejak, kecerdasan, dan kekuatan konsep. Ini masih laku di kalangan terpelajar, tetapi membosankan bagi lainnya.

Jadi, kita tinggal melihat, apakah warga terpelajar dan pluralis yang membangun mosaik budaya AS bisa menyelamatkan AS melalui kekuatan di kotak suara.

WIMAR WITOELAR, INTERMATRIX COMMUNICATION

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Mengapa Trump Imbangi Hillary".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger