Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 08 September 2016

TAJUK RENCANA: Indonesia Jadi Pemersatu (Kompas)

Seruan Presiden RI Joko Widodo agar negara-negara besar tidak menjadi penentu keamanan wilayah ASEAN penting untuk digarisbawahi.

Pertama, kita perlu mengapresiasi seruan itu. Dengan membuat seruan itu, Indonesia—sebagai negara terbesar di ASEAN—telah "mengembalikan" posisinya ke tempat yang semestinya ditempati. Sebagai negara yang paling besar—baik wilayah, jumlah penduduk, maupun potensinya, antara lain—sudah seharusnya Indonesia berada di garis paling depan di antara negara-negara anggota ASEAN dalam menghadapi negara lain di luar ASEAN.

Indonesia tidak hanya harus berdiri di paling depan dalam berhadapan (berhubungan, bekerja sama) dengan negara lain di luar ASEAN (dengan negara-negara mitra dialog: Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Australia), tetapi juga berdiri di paling depan (berperan aktif dan selektif, tentunya) di ASEAN. Sebab, pernah pada suatu masa, Indonesia kerap digambarkan sebagai negara yang tidak memaksimalkan potensi nasionalnya di lingkungan eksternal. Meskipun dengan peran seperti itu, Indonesia mendapatkan apresiasi dari negara-negara anggota ASEAN lain, karena terkesan tidak ingin mendominasi.

Namun, zaman telah berubah. Bahkan, mengutip pendapat Anthony Giddens, zaman "berlari tunggang langgang". Karena itu, Indonesia pun harus mengikuti perkembangan zaman. Termasuk dalam hal ini adalah peran serta Indonesia dalam panggung internasional yang lebih luas. Ada yang merumuskan, zaman sekarang ini adalah "zaman pasca ASEAN". Tentu perumusan itu tidak berarti ingin meninggalkan ASEAN, tetapi lebih sebagai ajakan bahwa ASEAN pun harus bergerak, tidak sibuk dengan urusan "dalam negeri" saja.

Harus diakui, memang, bahwa ASEAN hingga saat ini masih bisa bersatu sebagai sebuah organisasi regional adalah sebuah capaian luar biasa. Uni Eropa, misalnya, kehilangan salah satu anggotanya: Inggris. Bagaimana cerita tentang Asosiasi Negara-negara Asia Selatan (SAARC) yang beranggotakan India, Pakistan, Banglades, Sri Lanka, Butan, Maladewa, Nepal, dan Afganistan?

Dibandingkan SAARC, ASEAN jauh lebih bersatu. Tidak ada konflik di antara negara anggota. Bahkan, sebagai organisasi regional, ASEAN berkembang. Karena itu, sering disebut sebagai mukjizat geopolitik Asia Tenggara.

Kembali ke seruan Presiden Jokowi. Seruan itu akan memiliki kekuatan dan berdampak kalau ada satu suara, satu tekad, dan satu keinginan dari semua negara anggota. Ini penting, karena tidak jarang masih ada negara anggota yang "menyuarakan" kepentingan negara luar ASEAN. Karena itu, ini saatnya Indonesia memelopori persatuan ASEAN. Karena persatuan itulah modal utama untuk menciptakan keamanan dan stabilitas kawasan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Indonesia Jadi Pemersatu".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger