Indonesia berada di peringkat ke-41 dari 138 negara yang dinilai Forum Ekonomi Dunia (WEF). Sebelumnya, periode 2015-2016, Indonesia berada di peringkat ke-37.
Laporan tersebut menyebut Indonesia sebagai negara penuh kontras. Perbaikan dari sisi iklim usaha menempatkan Indonesia pada peringkat ke-30 dalam pilar lingkungan makro-ekonomi meskipun harga komoditas jatuh sejak lebih dari empat tahun terakhir. Peringkat kita juga baik dalam inovasi, yaitu posisi ke-31. Dalam pengembangan sektor finansial peringkat kita naik 7 menjadi 42.
Namun, posisi Indonesia merosot jauh, 20 peringkat, pada pilar pendidikan dan kesehatan dengan skor 100. Kita juga dianggap kalah bersaing dalam pilar efisiensi pasar tenaga kerja, yaitu pada posisi 108 meskipun sudah naik 7 peringkat, karena aturan ketenagakerjaan yang kaku, sistem pengupahan, dan rendahnya partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja.
Dalam teknologi informasi dan telekomunikasi, peringkat Indonesia turun enam peringkat menjadi posisi ke-91 karena penetrasi TIK tetap rendah. Hanya satu dari lima penduduk menggunakan internet dan hanya tersedia satu koneksi pita lebar untuk tiap 100 penduduk.
Seperti disebutkan di atas, Indonesia adalah negara dengan kontras. Apalagi kita masuk dalam 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia. Hal ini mengingatkan kita bahwa membangun manusia sama pentingnya dengan memperbaiki sisi keuangan dan pembangunan fisik.
Membangun manusia semakin menjadi perhatian penting negara-negara ketika penduduk terus bertambah, sementara sumber daya semakin terbatas.
Perhatian dunia pada pembangunan manusia dimulai sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa mencanangkan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) pada tahun 1990. Program tersebut dilanjutkan pada 2015 dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang memberi penekanan lebih besar lagi pada pembangunan manusia. Banyak penelitian memperlihatkan kualitas kesehatan dan pendidikan dasar menentukan daya saing bangsa.
Meskipun masih terdapat kekurangan, kita telah mencapai posisi negara berpenghasilan menengah. Tujuan kita adalah terus memperbaiki tingkat kemakmuran dan tidak terjebak menjadi negara berpenghasilan menengah.
Kita ingin pemerintah segera memberikan perhatian pada pilar-pilar daya saing yang masih memerlukan perbaikan. Pembangunan fisik harus diikuti dengan pembangunan manusia agar kita tidak terjebak menjadi negara berpenghasilan menengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar