Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 14 Januari 2017

TAJUK RENCANA: Skandal Suap Korea Selatan (Kompas)

Hasil pemeriksaan dugaan korupsi Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan perusahaan Samsung menjadi penentu perubahan mendasar negara itu.

Wakil Komisaris Utama Samsung Electronics Lee Jay-yong (48), ahli waris grup raksasa elektronik itu, hari Kamis lalu diperiksa jaksa penuntut khusus atas dugaan penyuapan.

Skandal dugaan suap di Korsel semakin hari semakin terlihat seperti sinetron yang juga merupakan produk ekspor ekonomi kreatif Korsel. Samsung menjadi obyek pemeriksaan karena pengakuan dari Kepala Layanan Pensiun Nasional Korsel Moon Hyung-pyo bahwa dia mendorong agar dana pensiun nasional Korsel mendukung penyatuan dua perusahaan afiliasi dengan Samsung. Penyatuan itu bertujuan agar kontrol perusahaan tetap di tangan keluarga. Presiden Park menyatakan, penyatuan dua perusahaan itu demi kepentingan nasional.

Nasib Park akan ditentukan Mahkamah Konstitusi setelah dimakzulkan parlemen akhir tahun lalu menyusul demo besar secara damai menuntut Park mundur.

Kemarahan publik awalnya ditujukan kepada Choi Soon-sil, orang kepercayaan Park. Choi dituduh memengaruhi keputusan Park untuk urusan negara meski tak punya jabatan struktural pemerintahan. Juga terungkap, Park meminta Samsung membantu kampanye memperkenalkan kebudayaan dan olahraga Korsel. Samsung kemudian menyumbang 17,4 juta dollar AS untuk dua yayasan yang dikontrol Choi, dan 6,2 juta dollar AS untuk melatih tim berkuda Korea, termasuk di dalamnya putri Choi.

Pengungkapan dugaan suap ini akan menentukan arah demokrasi Korsel ke depan. Park terpilih secara demokratis pada tahun 2013 dengan janji memutus hubungan antara konglomerat Korsel (chaebol) dan pemerintah.

Hubungan saling menguntungkan pemerintah-chaebol dirintis ayah Park, Park Chung-hee. Ia seorang militer dan Presiden Korsel sampai dibunuh tahun 1979. Chung-hee sengaja membesarkan sejumlah perusahaan dengan memberi keringanan pajak, listrik murah, kampanye beli produk Korea, dan menekan organisasi buruh. Korsel pun berhasil bangkit dari reruntuhan Perang Dunia II, menjadi negara ekonomi terbesar keempat di Asia.

Contoh keajaiban ekonomi Asia itu kini menghadapi tantangan. Produk elektronik Korsel mendapat saingan dari Tiongkok, kesenjangan kemakmuran jadi masalah, dan tidak mudah bagi orang muda mendapat pekerjaan.

Mahkamah Konstitusi Korsel belum pernah memakzulkan presiden. Kalaupun Park lolos, Korsel tidak akan sama seperti sebelumnya. Rakyat Korsel akan mendefinisikan ulang tujuan negara itu, mengutamakan kemakmuran dengan menekan kebebasan berpendapat serta membiarkan hubungan tak sehat konglomerat dan pemerintah yang menimbulkan ketidakefisienan atau mendorong demokrasi berkualitas dengan risiko ekonomi akan sedikit melambat karena pemerintah harus mendengar dengan lebih baik suara rakyat.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Skandal Suap Korea Selatan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger