Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 18 Februari 2017

TAJUK RENCANA: Jong Nam Membayar Kritiknya? (Kompas)

Di Indonesia, kematian Kim Jong Nam, saudara tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, lebih dikaitkan dengan ditang- kapnya seorang warganya.

Di lingkup internasional, kematian Jong Nam dikaitkan dengan sikap kritisnya terhadap kekuasaan dinasti di negara asalnya. Terkait kematian Jong Nam, kepolisian Malaysia menangkap seorang pria dan seorang perempuan asal Vietnam, selain seorang lagi yang berpaspor Indonesia. Ditangkapnya tiga orang terkait dengan pembunuhan Jong Nam mengundang sejumlah dugaan.

Terlahir dari ibu yang menurut "standar kehidupan" di Korut tidak pas, Jong Nam menjadi anak yang terisolasi. Saat dewasa, ia sempat belajar di Rusia dan Swiss hingga ia fasih beberapa bahasa asing.

Sebagai putra tertua, Jong Nam sempat digadang untuk menjadi penerus ayahnya, Kim Jong Il, sebagai pemimpin Korut. Rencana itu pupus ketika Jong Nam tertangkap saat akan masuk Jepang dengan paspor palsu pada 2001. Alasan Jong Nam ke Jepang ingin melihat Disneyland.

Sejak itu, Jong Nam praktis tersingkir, boleh jadi juga karena istri Kim Jong Il, Ko Young Hee yang merupakan ibu Kim Jong Un, punya pengaruh politik besar. Hubungan dengan ayahnya pun memburuk, hingga satu saat sempat muncul kabar sang anak akan dipenjarakan.

Mungkin mendiang Jong Nam menyimpan pahit getir, tetapi dalam perkembangannya, ia punya pandangan kritis terhadap Korut terkait dengan sistem politik dan pola suksesi kepemimpinan. Perubahan pada Jong Nam boleh jadi karena ia sudah merasakan kehidupan di luar negeri yang lebih bebas dan berbeda dengan negara asalnya.

Seperti dilaporkan BBC, salah satu pengaruh Barat pada Kim Jong Nam tecermin dari akun Facebook-nya dengan nama Kim Choi. Ia menyebut pemusik favoritnya adalah Serge Gainsbourg dan penyanyi Jepang Hiroshi Itsuki.

Setelah ayahnya meninggal pada Desember 2011, kritik Jong Nam makin keras. Komentar tentang Jong Un yang mempraktikkan "kekuasaan mutlak" kepada wartawan Jepang membuatnya jadi pengecam terkemuka.

Jong Nam mengatakan, Korut akan ambruk jika tidak melakukan reformasi, tetapi ia menyadari reformasi akan membuat dinasti Kim ambruk. Ia juga menyebut kemungkinan saudaranya hanya akan jadi boneka yang akan dimanfaatkan oleh elite berkuasa. Kematian Jong Nam tidak menjadi berita penting di Korut. Warga Pyongyang meletakkan karangan bunga di bawah patung raksasa Kim Jong Il dan pendiri Korut Kim Il Sung di Bukit Mansu.

Bagi rezim sekarang, sosok seperti Jong Nam tak bisa ditoleransi. Namun, kritik mendiang Jong Nam akan dicatat sejarah, saat Korut acap memunculkan kehebohan internasional. Uji rudal balistik jarak menengah dan jauh yang bisa menjangkau wilayah AS jelas merupakan aksi yang berbahaya. Jika ada kesalahan, bisa jadi timbul perang besar yang risikonya bisa melenyapkan Korut.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Jong Nam Membayar Kritiknya?".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger