Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 19 April 2017

Sistem Pembayaran Tol//Iptek Vs Kearifan//Kambing Berbeda dengan Domba//Iklan Obat (Surat Pembaca Kompas)

Sistem Pembayaran Tol

Dalam sistem pembayaran tol, sistem nontunai sangat baik dilakukan dalam upaya mempercepat transaksi pembayaran. Namun, masih ada waktu yang belum diperhitungkan dalam transaksi pembayaran, yaitu waktu memperlambat kendaraan sebelum transaksi dan waktu mempercepat kendaraan sesudah transaksi.

Justru pada kedua waktu itulah yang jauh lebih lama daripada waktu transaksi pembayaran. Alangkah baiknya jika penerapan sistem pembayaran diubah, yaitu dengan menerapkan electronic road pricing (ERP) seperti di Singapura. Dengan on board unit (OBU) yang dipasang di mobil, transaksi terjadi pada kecepatan normal.

Kementerian Perhubungan bisa mengharuskan semua kendaraan memiliki OBU dan semua pengelola jalan tol menggunakan sistem ERP yang sama. Dengan demikian, OBU bisa digunakan di semua jalan tol di Indonesia, juga di area ERP di pusat kota.

Tarif bisa dibedakan antara kendaraan yang belum punya OBU dan yang sudah memiliki OBU. Di Amerika Serikat, tarif tunai adalah dua kali tarif ERP. Dengan demikian, akhirnya semua kendaraan memiliki OBU.

Untuk kendaraan yang bandel, tidak punya OBU tetapi lewat jalur ERP, diperlukan keberadaan video tol. Para karyawan tol yang ada saat ini dapat dialihfungsikan menjadi pengawas video tol dan melaporkan kendaraan yang salah jalur itu ke pihak terkait dan mendendanya.

SOETIONO UNTAWIDJAJA

Jl Sutera Magnolia, Alam Sutera, Tangerang Selatan

Iptek Vs Kearifan

Adu otot dan otak antara Semen Indonesia dan Sedulur Sikep tentang eksploitasi bukit gamping Kendheng itu seperti science is power (F Bacon) danpouvoir c'est savoir (M Foucault).

Pihak mana yang akan (di)menang(kan)? Iptek atau kearifan lokal yang sudah hidup berabad-abad?

L WILARDJO

Klaseman, Salatiga

Kambing Berbeda dengan Domba

Harian Kompas (10/4) memuat tulisan Adi Sucipto Kisswara berjudul "Ternak Kambing, Tabungan Sekaligus Selingan". Melihat foto dalam tulisan tersebut, yang ditulis sebagai kambing sebenarnya adalah domba.

Koreksi ini sangat penting karena dari segi medik veteriner, domba (sheep) merupakan pembawa (carrier) virus penyakit ingusan atau malignant catarrhal fever (MCF), sedangkan kambing tidak.

MCF yang berasal dari domba disebutsheep-associated MCF. Penyakit ini sangat fatal pada sapi, kerbau, dan rusa, dengan case fatality rate 100 persen. Artinya, tidak ada yang sembuh.

Penulis sangat mendukung pengandangan domba secara berkelompok di Bojonegoro karena paling tidak ada empat keuntungan ekonomi: (1) sapi dan kerbau di wilayah itu terhindar dari penularan virus MCF; (2) berat badan domba naik lebih cepat karena penularan cacing relatif ringan; (3) kematian anak domba dapat diturunkan karena pemeliharaan intensif; (4) kotoran domba dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang.

Sebaiknya mahasiswa kedokteran hewan meneliti sistem peternakan domba dengan cara ini sebagai bahan skripsi sehingga terlihat jelas keuntungannya.

Tahun 1980-an, ketika menyidik penyakit pada sapi, saya menemukan kasus MCF di Tuban (tetangga Bojonegoro) dan Banyuwangi karena domba digembalakan bersama-sama dengan sapi dan kerbau.

DRH SOEHARSONO PHDMANTAN PENYIDIK PENYAKIT HEWAN, JIMBARAN, BALI

Catatan Redaksi:

Terima kasih atas koreksi dan tambahan informasi Anda.

Iklan Obat

Ketika hampir semua orang memiliki gawai, termasuk anakanak, dari sisi positif banyak anak melek teknologi sejak dini. Namun, di sisi lain, ada iklan-iklan yang cenderung kurang mendidik dan tidak cocok untuk anak-anak.

Setiap mencari data apa pun, iklan-iklan itu muncul menawarkan obat-obatan disertai gambar-gambar yang mempertontonkan tubuh pria dan wanita, bahkan disertai gambar bergerak yang sangat tidak pantas.

Pada kesempatan ini, kami mohon kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menertibkan iklan-iklan tak pantas dan menindak tegas oknum pembuatnya yang tidak mempertimbangkan dampaknya bagi anak-anak dan generasi muda.

A IRAWATIE SOEDJADI

Jl Buana Pesanggrahan, Bukit Cinere Indah, Cinere, Depok

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 April 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger