Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 20 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Babak Baru ”Drama” Trump (Kompas)

Drama politik di Gedung Putih memasuki babak baru saat mantan Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Robert Mueller jadi penyidik khusus.

Mueller ditetapkan sebagai penyidik khusus (special counsel) untuk menyelidiki dugaan keterkaitan tim kampanye Presiden Amerika Serikat Donald John Trump dengan Rusia. Penetapan penyidik khusus independen secara signifikan menunjukkan keseriusan sebuah kasus, yang secara politis sulit ditangani karena kentalnya kepentingan dan semangat partisan. Di level ini semua kemungkinan bisa terjadi, terutama jika pada akhirnya ditemukan bukti campur tangan Rusia dalam pemilu AS.

Hal ini akan menjadi momen yang sulit bagi Trump dan akan membayangi perjalanan pemerintahannya mengingat proses investigasi biasanya memakan waktu panjang dan menguras stamina. Namun, ini juga buah dari semua sepak terjang Trump yang menggulirkan kontroversi demi kontroversi sepanjang empat bulan pemerintahannya.

Dalam sejumlah langkahnya, Trump jelas mengesampingkan etika dan moral karena egonya yang besar dan merasa paling benar. Misalnya, ia tetap mengangkat Michael T Flynn sebagai Penasihat Keamanan Nasional meskipun saat itu Flynn sedang dalam penyelidikan FBI. Trump juga menekan Direktur FBI James Comey untuk menghentikan penyelidikan tentang Flynn. Comey pun menolak. Dan, pekan lalu ia dipecat.

Trump juga menolak laporan final komunitas intelijen AS yang menyatakan Rusia ikut campur dalam pemilu AS lewat peretasan komputer kubu Partai Demokrat. Trump menyebut kecurigaan pada Rusia itu "omong kosong".

Ketika muncul berita bahwa Trump telah membocorkan informasi sangat rahasia kepada pihak Rusia, Trump menyebutkan bahwa ia memiliki "kewenangan absolut". Dengan kata lain, Trump belum juga beranjak "matang". Ia selalu merasa benar, tidak mau mendengarkan, impulsif, dan penuh kebencian kepada pihak yang mengkritiknya.

Trump juga sulit untuk menahan diri mengungkapkan pendapatnya melalui Twitter. Kebiasaan ini hampir merusak hubungan diplomasi dengan China, NATO, Uni Eropa, dan lainnya. Bahkan, terhadap penunjukan penyidik khusus pun, Trump tidak bisa menahan kemarahannya di Twitter. Ia menyebut dirinya sebagai korban "perburuan" dan mempertanyakan mengapa semasa pemerintahan Barack Obama yang penuh dengan tindakan ilegal tidak ada pembentukan penyidik khusus.

Cuitan Trump hanyalah contoh bahwa ia tidak merasa perlu menyodorkan bukti atas tuduhannya. Seperti yang sudah-sudah, para pendukungnya di Gedung Putih akan "jumpalitan" untuk meluruskan pernyataannya.

"Drama" Trump telah memasuki babak baru dan penonton menunggu di titik mana ini akan berakhir.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Babak Baru "Drama" Trump".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger