Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 17 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Imbas Macron pada Inggris (Kompas)

Akankah terpilihnya Emmanuel Macron menjadi presiden Perancis berpengaruh pada "masa depan" Inggris bersama Uni Eropa.

Inggris akan menggelar pemilu yangdipercepat pada 8 Juni 2017. Sejujurnya, Pemerintah Inggris merasa akan lebih "diuntungkan" jika Marine Le Pen yang memenangi pemilu Perancis. Le Pen memiliki visi yang sama dengan Inggris. Ia ingin Perancis keluar dari Uni Eropa. Sebaliknya, Macron sangat pro-UE dan hal ini akan berpengaruh dalam negosiasi Brexit antara Inggris dan UE.

Macron dan Merkel akan menjadi "duo" tangguh dalam meredam ambisi PM Theresa May yang sejak awal sudah mengisyaratkan sikap keras terhadap UE. May akan mengambil jalur "hard Brexit/extreme Brexit" (keluar dari UE sekaligus keluar dari pasar tunggal Eropa) seandainya tidak tercapai kesepakatan.

Melalui percepatan pemilu, May ingin memperluas kekuatan mayoritas kubu Konservatif di parlemen sehingga semua hasil negosiasi dengan UE, termasuk opsihard Brexit, akan didukung parlemen. Namun, Macron juga memberi inspirasi bagi sebagian rakyat Inggris yang tetap ingin "terkoneksi" dengan Eropa karena khawatir ekonomi Inggris akan ambruk jika keluar dari pasar Eropa.

Terinspirasi dari gerakan "En Marche!" yang didirikan Macron, terbentuklah gerakan "Best for Britain" yang dikomandoi oleh Gina Miller, perempuan yang berhasil membawa isu kebijakan Brexit ke pengadilan Inggris.

Gerakan ini intinya meminta agar warga memilih calon anggota legislatif yang memperjuangkan Inggris yang terbuka dan tidak menghancurkan hubungannya dengan Eropa, meskipun mungkin sosok yang diwakili partai itu tidak sesuai pilihan hati.

Meski demikian, dampak gerakan ini diperkirakan akan sulit meluas karena pada dasarnya rakyat Inggris sangat setia dengan pilihan partainya.

Sejumlah jajak pendapat terakhir menunjukkan, oposisi utama, Partai Buruh, perlahan meningkat popularitasnya sampai 32 persen, tertinggi sejak 2015. Sementara Partai Konservatif turun menjadi 47 persen dan Demokrat Liberal sekitar 10 persen. Naiknya kembali popularitas Buruh yang selama ini terpuruk disebabkan manifesto yang dikeluarkannya. Dua poin penting manifesto adalah Buruh akan menghapus uang sekolah dan menasionalisasi semua perusahaan minyak.

Seandainya jajak pendapat itu benar dan posisi ini tak banyak berubah sampai pemilu nanti, kubu Konservatif akan memegang kendali mayoritas di parlemen dengan keunggulan 18-20 kursi. Selisih kursi sebanyak ini cukup signifikan untuk "melindungi" semua keputusan yang diambil May dalam negosiasinya dengan UE, termasuk jika May memilih untuk memutus hubungan dengan Uni Eropa di semua level.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Imbas Macron pada Inggris".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger